Logo

Logo

Friday, September 01, 2006

Transforming Vision

Visi yang membaharui ( Transforming Vision )
Tipe : Ringkasan
Pengarang : Brian J Walsh, J Richard Middleton
Diringkas oleh : Jeffrey Lim


I. Cara pandang ( worldview ) dan kebudayaan

Cara pandang merupakan kerangka perceptual. Ini bukan sistem pemikiran seperti teologi atau filsafat tetapi adalah cara melihat.

Manusia adalah mahluk yang bervisi. Kita adalah mahluk yang menjalani kehidupan kita berdasarkan perpesktif kita, visi kita. Manusia membuat banyak pilihan hidup dan mereka membuat pilihan-pilihan tersebut berdasarkan cara mereka melihat banyak hal.

Pikirkan apa yang Alkitab katakan mengenai “jalan hidup”. Alkitab mengajarkan kita untuk dipimpin oleh Roh dan bukan oleh daging. Paulus memaksudkan bahwa orientasi jalan hidup kita, arah kita, harus memperlihatkan ketaatan kepada Allah bukan ketidaktaatan. Kita harus mengarahkan mata dan visi kita ke satu jalan dan bukan ke jalan yang lain.

Beragam cara pandang : setiap orang punya cara pandang

Sebuah cara pandang tidak pernah sekedar merupakan sebuah visi tentang hidup. Cara pandang adalah juga visi untuk hidup.
Cara pandang kita menentukan nilai-nilai kita dan ia membantu kita menafsirkan dunia di sekitar kita. Cara pandang memilah-milah yang penting dari yang tidak penting, yang bernilai dari yang tidak bernilai.

Cara pandang menyediakan sebuah model tentang dunia yang mengarahkan penganutnya di dalam dunia. Cara pandang menetapkan bagaimana dunia seharusnya berjalan, dan dengan demikian mengarahkan bagaimana penganutnya harus bersikap di dalam dunia.
Cara pandang diperlengkapi dengan sesuatu eskatologi, visi tentang masa depan, yang menuntun dan mengarahkan kehidupan.

Cara pandang tidak pernah dimiliki hanya oleh seorang pribadi, tetapi selalu dimiliki bersama. Ia bersifat komunal. Sesungguhnya komunitas yang sejati hanya mungkin terbentuk jika sekelompok orang dipersatukan oleh sebuah cara hidup yang lazim yang berakar pada visi hidup yang sama.

Arnold De Graff berkomentar :”Aktivitas-aktivitas politik, hukum, ekonomi, pernikahan, keluarga, dan praktik-praktik membesarkan anak semuanya merupakan ekspresi dari sebuah cara hidup yang dipandu oleh sebuah keyakinan ( confession ).
Setiap kebudayaan menyajikan sebuah pola yang utuh dan bermakna yang dipersatukan di dalam visi hidup yang dominan.




Kehidupan kultural tidak hanya berakar pada cara pandang yang dominan tetapi ia mengarahkan kehidupan berdasarkan cara pandang tersebut. ( 2 arah )
Jika visi hidup sebuah kebudayaan menuntun ke dalam praktik praktik tertentu dalam membesarkan anak, mendidik, dan melakukan kegiatan perekonomian, praktik-praktik itu sendiri akan mensosialisasikan anak-anak untuk hidup berdasarkan visi tersebut.

Dunia-dunia yang terpisah
Cara pandang adalah sesuatu yang sangat spiritual. Ia adalah sebuah fenomena religius.
Spirit jaman -> satu spirit atau cara pandang memegang peran utama di dalam sebuah kebudayaan selama satu jangka waktu yang cukup lama.
Struktur bahasa -> struktur bahasa yang biasa digunakan seseorang berpengaruh terhadap caranya memahami lingkungannya.... Bahasa juga dibentuk oleh cara pandang kita.

Cara pandang -> alam semesta tempat orang hidup. ( James Sire ). Cara pandang orang menyerupai dunia atau alam semesta yang berbeda, dan unsur-unsur pembentuknya menyerupai sebuah peta dari dunia tersebut.


Dasar dari sebuah cara pandang

Cara pandang didasarkan pada komitmen-komitmen iman yang tertinggi.
Komitmen iman yang tertinggi menentukan bentuk dari cara pandang kita.
Iman membentuk visi kita tentang cara hidup.
Komitmen iman adalah cara kita menjawab 4 pertanyaan dasar yang dihadapi setiap orang :
Siapakah saya ( who am i ) ? Atau apakah sifat, tugas dan tujuan setiap orang
Di manakah saya ( where am i ) ? Atau apakah sifat ( natur ) dari dunia dan alam semesta tempat saya hidup
Apakah yang salah ( what wrong ) ? Atau apakah masalah atau rintangan dasar yang menghalangi saya dari memperoleh capaian ( fulfillmet )? Dengan kata lain bagaimana saya mengerti kejahatan ?
Apakah obatnya ( what remedy ) ? Atau bagaimana cara mengatasi rintangan tersebut ? Dengan kata lain bagaimanakah saya menentukan keselamatan ?

Ketika kita telah menetapkan iman kita, kita mulai melihat realitas dalam pola tertentu yang tercernakan. Dari iman kita mengalir sebuah cara pandang yang tanpanya kehidupan manusia tidak dapat berjalan.

Jawaban-jawaban iman jarang sekali dipegang secara sadar. Pertanyaan dan jawaban2 ini tidak bersifat teoritis.
Dengan kata lain, kita mendasarkan semua pemikiran teoritis kita di atas jawaban pra teoritis kita atas keempat pertanyaan dasar di atas.

Cara pandang Amerika Utara :
Aku adalah aku, seorang pribadi, tuan yang bebas dan indenpenden atas nasibku sendiri. Aku berada di dalam dunia yang penuh dengan potensi alam, dan tugasku adlaah memanfaatkan potensi tersebut untuk membawa manfaat ekonomi. Walaupun dalam menjalankan tugas ini aku terhalang oleh kelalaian atau ketidaktahuanku tentang alam dan kurangnya perangkat untuk mengendalikan alam, harapanku terletak pada kelangsungan kemajuan, yang berarti alam memberikan kekayaannya untuk kepentingan manusia. Hanya dengan demikianlah semua manusia akan menemukan kebahagian dalam sebuah kehidupan yang berlimpah kekayaan, tanpa kekurangan dan kebergantungan.

Cara pandang Dene :
Aku seorang Dene, berkulit merah. Aku ditempatkan disini, aku anak tanah ini. Tanah ini adalah ibuku; ia memberiku hidup. Tanah adalah pemberian yang aku hormat, yang aku pergunakan dengan rasa syukur dan yang dengannya aku hidup dalam keharmonisan. Akan tetapi, kemudian datang orang kulit putih. Mereka merampas tanahku, mencerai-beraikan kaumku, dan memisahkan kami dari “Roh yang Agung”. Keselamatan kami sebagai satu umat terletak pada penolakan atas cara-cara orang kulit putih dan pemberlakuan kembali tradisi-tradisi nenek moyang kami. Hanya dengan demikian, tanah akan terlindungi dan terpelihara bagi anak dan cucu kami.


Mengevaluasi cara pandang

Realitas. Apakah cara pandang yang kita teliti memenuhi apa yang memang selayaknya dipenuhi oleh sebuah cara pandang ?
Sebagai sebuah visi hidup, apakah cara pandang itu memperjelas kehidupan ?
Dapatkah ia membentangkan semua aspek kehidupan kepada penganutnya ?
Apakah cara pandang itu benar-benar memiliki cakupan yang menyeluruh ( worldview ) ?
Atau apakah ia cenderung membentangkan hanya aspek-aspek tertentu dari kehidupan dan mengabaikan aspek-aspek yang lain ? Apakah ia terlalu menekankan atau mengidolakan satu hal dengan mengorbankan hal yang lain ?

Faktanya adalah bahwa ciptaan Allah saling berkaitan utuh.
Harus integral dan tidak condong pada memberhalakan sesuatu.
Apakah cara pandang kita konsisten dengan realitas ?
Apakah perpektif kita membuat kita peka atau tidak peka terhadap hal-hal kasih dan keadilan ? Apakah ia justru dalam kenyataannya membenarkan segala macam kejahatan ?

Koherensi internal
Cara pandang tidak hanya harus membukakan ciptaan bagi kita tetapi cara pandang juga harus koheren secara internal.
Cara pandang bukan seperangkat keyakinan yang dengan begitu saja dikelompokkan bersama-sama, ia juga harus merupakan sebuah visi hidup yang koheren. Isunya tidak sekedar berkenaan dengan masalah koherensi logis tetapi kesatuan komitmen. Apakah visi hidup ini menyatu, atau sebuah rumah yang terpecah-belah ?

Keterbukaan
Alkitab menyarankan sebuah pertanyaan peringkas yang dengannya kita dapat mengevaluasi sebuah cara pandang ( Ul 30:15-20 ) : Apakah cara pandang tersebut membawa kehidupan atau kematian, berkat atau kutuk ? Dengan kata lain, apakah ia membuka atau menutup kehidupan ?

Cara pandang harus terbuka untuk belajar visi hidup yang lain.
Visi hidup selalu terbatas. Ia harus selalu terbuka untuk dikoreksi dan disempurnakan, bahkan dari cara pandang yang lain sekalipun.

Cara pandang Kristen

Bagi orang Kristen, kriteria tertinggi untuk menilai cara pandang adalah Alkitab. Alkitab adalah wahyu Allah tentang realitas. Jika kita mencari cara pandang yang menuntun kehidupan, bukan kematian, kita harus datang pada Alkitab untuk memperoleh pengajran.

II. Cara pandang Alkitab

A. Berdasarkan ciptaan

Cara pandang Alkitab tidak dimulai dari Kristus dan keselamatan tetapi dari penciptaan. ( Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi , Aku percaya kepada Allah, Bapa yang maha kuasa, khalik langit dan bumi ).
Penciptaan merupakan fondasi dasar Alkitab.
Dalam bahasa cara pandang, tidak dapat menjawab pertanyaan : “apa yang salah ?” dan “apa obatnya?” tanpa terlebih dahulu membahas pertanyaan :”siapa kita?” dan “dimana kita?”

Allah menciptakan dengan Firman dan dengan Hikmat.

Dengan Firman. ( Maz 33:6-9 , Maz 148:5-6 )
Gambaran tetang Allah yang memerintah dan ciptaan yang memberikan respons menjadi paradigma atau model bagi bagian selanjutnya dari pasal tersebut ( Kej 1:2-3 ).
Akibat dari perbuatan ini menyadarkan kita akan kekuatan dan kedaulatan sang pencipta. OtoritasNya begitu berkuasa dan berdaulat sehingga Ia hanya perlu berkata-kata dan ciptaan menaati. Dengan perintahNya yang berdaulat, Ia memberikan tatanan dan struktur kepada dunia.Ciptaan dinyatakan baik -> karena semua adalah ekspresi dari kehendakNya. Penciptaan menggariskan sebuah pola, yakni ketaaan kepada perintah Allah. Ini yang Allah nilai baik.

Dengan Hikmat ( Amsal 8:22-31, Ayub 28:25-27, Amsal 3:19-20 , Maz 104:24 )
Hikmat adalah cara bijaksana yang sesungguhnya Allah lakukan dalam merancang dan membangun dunia.
Dalam pikiran orang Yahudi kuno, kata-kata seperti hikmat, pengertian, dan pengetahuan mempunyai kemiripan makna. Mereka mengacu pada realitas dasar yang sama, yakni cara Allah yang bijaksana dalam merancang dan membangun ciptaan.

Dengan Firman dan Hikmat ( Yer 10:12-13)

Layak Disembah
Penciptaan tidak pernah dibicarakan secara abstrak atau spekulatif di dalam Alkitab, sebaliknya pusat perhatian tertuju kepada Allah sebagai sang pencipta yang bijaksana dan mahakuasa. Mahluk ciptaan sepenuhnya bergantung kepada Tuhan, karena Firman Allah yang memelihara dan melindungi ( Maz 119:89-91 ).

Perjanjian dengan ciptaan
Ciptaan pada dasarnya terbentuk sebagai sebuah respon atas hukum-hukum Allah. Kita ada karena hukum Allah.
Hubungan Allah dengan ciptaan. Perjanjian Allah dengan ciptaan ( Yer 33:20-21, 25-26 )
Hubungan Allah dengan siang dan malam, langit dan bumi adalah sebuah perjanjian, sama halnya – tidak lebih dan tidak kurang – dengan hubunganNya dengan umat. Perjanjian ini secara tegas dihubungkan dengan peraturan-peraturan baku yang telah ditetapkan dan ditegakkan oleh Allah atas ciptaan. Ciptaan adalah respons yang berdasarkan perjanjian ( covenantal ) kepada firman Allah. Seluruh alam semesta berhubungan erat dengan dan terikat kepada Yahweh, dan Ia memperhatikan duniaNya dengan penuh kasih.
Perjanjian Allah dengan ciptaan sepadan dengan tema Alkitab mengenai kerajaan Allah.
Allah adalah raja yang besar atas segala ciptaan. Dia adalah Raja-Pencipta. Dan pemerintahanNya tidak terpisahkan dari perlindungan dan pemeliharaanNya atas dunia. ( Maz 96:9-10 )

Gambaran yang utuh : Penciptaan dengan Firman dan hikmat Allah, dunia sebagai kerajaan Allah, Semua ciptaan termasuk manusia terikat berdasarkan perjanjian kepada Allah dan pada dasarnya terbentuk sebagai sebuah respons atas hukum-hukumNya, keberadaan seluruh alam semesta bergantung kepada Yahweh.
Dalam Model realitas berupa hubungan erat antara Allah dan dunia ditemukan jawaban Alkitab atas pertanyaan cara pandang “Dimana saya ?”Jawaban kita menyediakan fondasi yang diatasnya bangunan dari cara pandang Alkitab yang lengkap di dirikan. Semua kategori dan tema utama Alkitab dimengerti berdasarkan fondasi ini. Sifat dosa dan penebusan umpamanya selalu dipandang di dalam konteks perjanjian Allah dan kerajaan Allah. Fondasi ini juga penting untuk mengerti siapa kita manusia ?

Gambar dan rupa Allah.
Siapakah kita menurut Alkitab ? Mahkluk ciptaan Allah yang hidup di dalam kerajaanNya yang bergantung kepada pemerintahanNya yang bijaksana dan penuh kasih.
Apa arti gambar dan rupa Allah ?
Kapasitas rasional, sifat moral, spiritualitas, kemanuasiaan. ( pendekatan luas / struktural / atau statis ) -> hakikat kemanusiaan
Tingkatan moralitas seseorang atau tingkat kesesuaian dengan karakter Allah yang sempurna ( makna sempit / pendekatan relasional dan dinamis ) -> sesuatu yang normatif, standard yang dengannya kita harus sesuai.

Gambar dan rupa Allah berhibingan dengan gagasan Alkitab yang sangat penting : kekuasaan atau pemerintahan kita atas bumi dan pilihan religius untuk melayani Allah atau ilah-ilah. -> perpadanan dengan makan luasa dan sempit dari gambar dan rupa Allah

Memerintah atas Bumi

Tuhan memberikan manusia otoritas sebagai raja dan wilayah untuk ditaklukan dan diperintah.
Manusia dicitpakan dalam gambar Allah yang berdaulat. Maz 8, kita telah dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan serta dijadikan penguasa atas ciptaan Allah.

Tugas Adam adalah : mengolah dan menjaga taman.
Tugas ganda manusia adalah : untuk mengembangkan dan melindungi lingkungan yang telah diciptakan Allah.

Mengusahakan / mengolah taman ( membudidayakan )
Membudidayakan dan kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil dari pembudidayaan. Kebudayaan maupun membudidayakan pada dasarnya mengacu kepada interaksi kita sebagai manusia dengan dunia. Interaksi manusia dengan dunia menghasilkan kebudayaan.
Sejarah dan kebudayaan nyaris tidak terpisahkan. Kebudayaan mengacu kepada apa yang manusia telah kembangkan. Kebudayaan pada dasarnya bersifat historis.
Interaksi dengan realitas atau pembentukan manusia kita, pada hakikatnya adalah sebuah fenomena kelompok atau sosial. Karakter sosial dari interaksi ini dinyatakan melalui Kej 1:27.
Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk beranak-cucu dan penuhi bumi untuk menaklukan ciptaan. Kebudayaan didasarkan kukuh atas masyarakat. Manusia adalah mahluk sosiokultural yang dipanggil Allah untuk bekerja sama mengembangkan dan membudidayakan ciptaan.

Di samping taman, manusia mengembangkan berbagai hubungan, perilaku atau kebiasaan dan bentuk ibadah.
Kebudayaan tidak hanya merujuk kepada pengejaran intelektual dan estetis ( seperti di dalam high culture ). Kebudayaan mencakup seluruh sisi masyarakat manusiawi. Ia mencakup bukan hanya kesenian, musik dan dunia keilmuwan melainkan juga hal-hal seperti politik, agama, gereja, pendidikan, teknologi, media, pernikahan, kehidupan keluarga, periklanan, dan hiburan. Menjadi mahluk berbudaya sara sederhana adalah menjadi manusia.
Perintah pertama untuk menaklukan bumi disebut mandat budaya ( mandat penciptaan ). Gambar Allah, yang berpusat kepada gagasan untuk menaklukan bumi, menetapkan manusia sebagai mahluk kultural-historis.

Visi hidup Alkitab : keseluruhan ( wholeness ).
Where am I ? Ciptaan Allah
Who am I ? Gambar dan rupa Allah

Kebudayaan Adam dalam Kej 2 : berkebun, bertani, hubungan perkawinan, asal mula bahasa ( pemberian nama kepada binatang-binatang ) dan bahkan pusi yang pertama ( dua bait pujian Adam kepada Hawa ). Kej 4:20-22 -> Yabal dan Yubal.
Umat manusia jelas sekali dikenali dalam pasal-pasal permulaan kitab kejadian sebagai mahluk berkebudayaan dan sekarang perkembangan historis mereka dicatat dengan jelas.

Implikasi : penciptaan memiliki eskatologi yang melekat pada dirinya ( built in ). Cara pandang Alkitab tidak hanya holistik tapi dinamis. Di dalam 2 pasal terakhir di dalam Alkitab di dalam langit dan bumi baru ada perbedaan dengan Kej 2.
Di Kej -> taman ( primitif )
Di Wah -> Kota yang sempurna
Perkembangan eskatologis dari taman ( Eden ) ke kota ( yang sempurna ) ini telah direncanakan oleh Allah.
Mandat budaya merupakan bagian dari rencana Allah yang mula-mula bagi dunia. Keselamatan tidak meniadakan mandat budaya tetapi menggenapinya.

Melindungi bumi

Memelihara dan melindung bumi.
Berbeda dengan visi sekular untuk penaklukan dan mengekploitasi alam.
Di dalam Alkitab, dunia bukan manusia ( non human ) tidak dipandang sebgaia suatu di luar sana. Kita berada dalam sebuah hubungan perjanjian dengan dunia, sebuah hubungan pengelolaan ( husbandry )
Menolak panteisme tapi mengenali unsur yang sangat penting dalam mandat Alkitab : pemeliharaan yang penuh kasih dan perlindungan.

Menjadi manusia mempunyai dua makna dasar :
Mahluk ciptaan Allah dan hidup sebagai respon atas sabda Allah yang mengasihi
Bukan autonomos
Kita adalah pelayan-pelayan Allah, yang hidup dibawah pemerintahannya.
Kedua manusia adalah mahluk yang unik. Kita adalah mahluk yang kultural historis, berkebudayaan dan bersejarah. Allah telah menempatkan kita dalam seuah kedudukan yang berotoritas atas bumi untuk mengolah dan mengembangkannya.
Disini terletak jawaban mengenai : siapa kita ?

Jawaban ini diilustrasikan dengan baik dalam perumpamaan Yesus tentang talenta ( Mat 25:14-30 ). Analisa keuangan di sini sangat berarti. Akar kata “ekonomi” adalah kata Yunani oikonomos -> kata dalam PB untuk seorang penjaga rumah atau pelayan yakni seseorang yang dipercaya untuk mengawasi dan mengelola hak milik tuannya.
Berbeda dengan pandangan modern tentang ekonomi -> memandang setiap orang sebagai pelaku ( agen ) yang berdiri sendiri, yang tidak tunduk pada kendali-kendali ekternal dalam mengeksploitasi dunia.
Jadi gagasan Alkitab tentang kebertanggung jawaban menyeimbangkan otoritas dan kepelayanan. Hal ini tepat menyentuh kemanusiaan kita.

B. Mengakui kejatuhan

Apa yang salah ? Ketidaktaatan manusia kepada Allah

Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang religius. Kita tidak dapat hidup tanpa allah, meskipun itu allah buatan kita sendiri. Kita membutuhkan sebuah pusat, sebuah fokus, sebuah titik orientasi bagi kehidupan kita.
Kita punya dua pilihan : Melayani Tuhan dan menaati kehendakNya atau menyembah berhala dalam ketidaktaatan.

Berhala-berhala : Merebut tempat Allah
Hanya ada dua kategori dasar : sang pencipta dan yang dicipta.
Jika kita tidak menyembah atau beribadah kepada Allah, kita akan memfokuskan diri pada sesuatu di dalam ciptaan dan mengangkat ciptaan tersebut ke status keilahian. Kita akan menyembah allah palsu. Sifat kita yang secara hakiki religius tidak akan pernah mengizinkan kita untuk tidak menyembah.

Berhala : merebut tempat kita
Penyembahan berhala adalah kesalahan karena perbuatan ini menjalankan tugas mandat Tuhan dengan cara yang salah. Sebaliknya dari menerima dan memenuhi tanggung jawab kita sebagai ciptaan untuk mewakili Tuhan dalam seluruh aspek aktivitas kultural kita, kita melemparkan tanggung jawab ini kepada berhala-berhala.
Jadi penyembahan berhala adalah alternatif yang tidak sah dari tugas manusia yang sejati ( authentic ) untuk mencitrakan Allah.
Penyembahan berhala tidak hanya melibatkan ibadah palsu, tetapi juga sebagai pencitraan palsu ( false imaging ).
Penyembahan berhala merebut bukan hanya tempat Allah yang selayaknya, melainkan juga tempat kita. Penyembahan berhala bertentangan baik dengan ke Raja-an Allah yang sah sebagai Tuhan dari alam semesta maupun dengan panggilan kita yang mendasar sebagai manusia untuk mewakili Dia dalam ketaatan kultural sehari-hari yaitu mencitrakan Dia di dalam kehidupan kita.

Pilihan : ibadah sejati kepada Allah vs perhambaan kepada berhala-berhala
Mencitrakan Allah dalam pemerintahan kita yang penuh kasih atas bumi vs kehilangan tugas tersebut dalam ketidaktaatan.

Pilihlah pada hari ini
Jalan ketaatan adalah jalan shalom, yang menuntun ke dalam kehidupan dan berkat dari tangan Allah. Sebaliknya, jalan ketidaktaatan adalah jalan menuju kematian dan kutukan penghakiman.
2 Jalan kehidupan : Jalan hikmat dan jalan kebodohan.

Pemisahan antara sakral dan sekular ?
Kita dipanggil untuk melayani Tuhan dan mengakui ke Raja-anNya dalam seluruh aspek aktivitas kultural kita. Tidak ada pemisahan antara sakral dan sekular disini.
Dalam cara pandang Alkitab, seluruh kehidupan, dalam seluruh dimensinya, dilihat sebagai sesuatu yang sepenuhnya bersifat religius.
Semua kehidupan kultural kita tunduk kepada norma-norma Yahweh, dan kita dipanggil untuk menanggapiNya dalam ketaatan.

Kerajaan-kerajaan yang bertentangan
Dosa memasuk dunia dan setan berusaha mengambil alih ciptaan dengan menghasut penghuninya untuk memberontak dan berkhianat terhadap penguasa yang benar. Ia memimpin pemberontakan melawan Raja yang benar dan mendirikan kerajaan kegelapan ( Kol 1:13 ).
Setan membawa manusia ke dalam ketidaktaatan perjanjian. Ia menggoda manusia untuk menolak pemerintahan Yahweh dan menerbiktkan “proklamasi kemerdekaan” mereka dari sang Pencipta. Akibatnya Fatal :
Maut hadir, hidup tidak lagi utuh, tetapi terpecah-pecah. Kerusakan pribadi, antar pribadi dan sosial merajalela karena kehidupan dipisahkan atau diputuskan dari sumbernya.
Juga Dosa telah memperbudak bumi. Karena Allah telah memberi kita otoritas yang unik atas ciptaan. Ketidaktaatan membawa kita membawa kutukan atas seluruh ciptaan. Sejak saat itu, tugas kultural, kehidupan manusia dalam segala aspeknya adalah sebuah pergumulan.
Malahan kita mulai memandang bumi sebagai musuh. Bukannya melindungi dan mengembangkan ciptaan, kita menghancurkan dan mengeksploitasinya.
Seluruh mahluk merindukan saat dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan ( Rom 8:19-23 ).

Dua kerajaan sedang berperang. Sebuah peperangan rohani sedang berlangsung, sebuah pertentangn antar kerajaan yang menembusi semua aspek kegiatan manusia.
Seperti halnya kedua jalan perjanjian di atas bersinggungan dengan seluruh perbuatan kita, kedua kerajaan ini juga demikian.
Sekarang seluruh kehidupan kita telah jatuh berdosa. Tidak ada satupun dari ciptaan yang tidak tersentuh dosa ( 1 Yoh 5:19 ). Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.

Walaupun Allah masih memanggil kita untuk melaksanakan tugas budaya kita dengan setia, si perebut itu menantang kita untuk menyatakan janji setia kepada kerajaan pengkhianatnya dan dengan demikian menyangkal panggilan kita yang sejati.
“Tidak ada dasar yang netral di alam semesta : Setiap inci persegi setiap saat, dituntut Allah dan dituntut balik oleh setan”

C. Dibaharui oleh Penebusan

Visi Alkitab menawakan pengharapan. Ia tidak hanya memberitahu kita bagaimana Allah telah menjawab pertanyaan cara pandang yang keempat, “Apa obatnya ?”

Sejarah penebusan

Alkitab berjanji bahwa satu hari klaim Setan yang tidak sah akan berakhir dan kerajaannya akan dihancurkan.
Kej 3:15
- Keturunan perempuan, Mesias telah datang untuk menghancurkan kerajaan kegelapan untuk selama-lamanya.

Cara pandang Alkitab harus berpusat pada inkarnasi Kristus –kehidupan, kematian dan kebangkitanNya.
Sejarah penebusan ( dalam Alkitab ) berjalan melalui serangkain perjanjian bersejarah yang Allah adakan dengan manusia. Dengan demikian, cara Allah berhubungan dengan manusia di dalam keselamatan dibangun di atas dasar hubunganNya yang mula-mula dan fundamental dengan ciptaan itu sendiri. Penebusan, seperti penciptaan, pada hakikatnya berkaitan dengan perjanjian. Klimaks dari sejarah penebusan adalah perjanjian baru yang dimulai dengan Yesus dan dimateraikan dengan darahnya.

Perjanjian dengan Nuh
Setelah air bah, Allah mengadakan perjanjianNya dengan Nuh dan seluruh keturunannya dan dengan setiap mahluk hidup. Ia berjanji tidak pernah lagi membawa penghakiman seperti itu atas bumi, sejahat apapun jadinya umat manusia.
Perjanjian ini adalah perjanjian penebusan dari Allah. Disini Allah bekerja, bukan menciptakan dunia atau menopang keberadaannya, melainkan mengerjakan rencana keselamatanNya, rencanaNya untuk menebus dunia milikNya yang telah jatuh ke dalam dosa. Dan Ia mulai dengan menyusutkan populasi bumi menjadi satu keluarga besar, walaupun cakupan dari perjanjian tersebut tetap bersifat universal.

Perjanjian dengan Abraham.
Dari semua mahluk yang ada di dunia, Allah sekarang berhubungan secara khusus dengan satu keluarga, yang segera akan menjadi satu bangsa. Allah berjanji untuk membuat sebuah bangsa yang besar dari keturunan Abraham dan untuk memberi mereka tanah Kanaan sebagai warisan. Tujuannya adalah supaya semua kaum di muka bumi akan mendapatkan berkat ( Kej 12:3 ).

Di dalam Alkitab, umat ( kaum ) dan tanah mempunyai hubungan yang erat. “Siapa kita” ( pemilik gambar Allah yang menghasilkan kebudayaan ) tidak terpisahkan dari “dimana kita” ( di dalam ciptaan Allah yang baik yang harus diolah dan dipelihara ). Maksud awal Allah pada waktu penciptaan adalah untuk menjadikan sebuah kaum yang taat dan suci yang mencerminkan citraNya dan hidup dalam hubungan perjanjian denganNya di tanah yang pada waktu itu bersih. Akan tetapi, dosa kemudian muncul, mempengaruhi baik manusia maupun bumi. Maka, Allah kemudian berencana untuk menjadikan sebuah kaum suci yang baru ( tubuh Kristus yang telah ditebus ), yang akan hidup di hadapanNya dalam hubungan perjanjian di tanah yang telah dibaharui.
Akan tetapi untuk menggenapi hal ini, Mesias yang akan menghancurkan sumber dosa harus datang dan dengan demikina membebaskan ciptaan dari belenggu si jahat. Untuk melaksanakan hal ini, Allah untuk sementara memfokuskan perjanjianNya.
Pertama, Ia menciptakan kaum suci yang sementara ( provisional ), yakni Israel, yang hidup di tanah yang telah disucikan yang jua sementara yaitu Kanaan. Ditengah-tengah bangsa ini, di tanah ini, sang Mesias dilahirkan dan bertumbuh. Walaupun Allah memang membawa sebagian dari penebusan melalui perjanjianNya dengan Abraham dan keturunannya, tujuan utamaNya adalah untuk mempersiapkan konteks bagi kedatangan Mesias, yakni Dia yang akan memulai perjanjian baru dan dengan demikian menggenapkan penebusan yang lengkap dan menyeluruh atas ciptaan.

Manifes Nazaret
Istilah yang pada dasarnya sepadan dengan Perjanjian Baru adalah Kerajaan Allah yang ada selalu pada bibir Yesus.
Gagasan mengenai kerajaan Mesias merupakan gagasan sentral dalam Injil sinoptik. Dalam pengajaran Yesus, Injil pertobatan dan iman secara integral terangkai dengan kedatangan kerajaan Allah.
Luk 4:18-22.
Yesus mengatakan bahwa bukti keMesiasanNya dapat ditemukan dalam perbuatan fisik ( jasmani ) yang Ia lakukan.

Kerajaan dan perjanjian.
Apa kaitan antara kabar baik dengan kerajaan atau pemerintahan Allah ?
Kerajaan Allah bersifat perjanjian ( covenantal ).
Allah mengikatkan ciptaan kepada diriNya sendiri melalui FirmanNya yang berdaulat.
Ciptaan sebagai kerajaan perjanjian Allah menganggapi firmanNya dalam ketataan dan ketidaktaatan. Arti penting dari peristiwa kejatuhan adalah bahwa manusia telah memberikan janji setianya kepada raja yang lain yang mengakibatkan ketidaktaatan perjanjian pada hukum-hukum Allah. Dalam semuanya ini ciptaan Allah telah dicemari oleh dosa.
Dalam konteks ini Yesus hadir sebagai Mesias dan Juruselamat. Ia datang untuk memulihkan ketaatan ciptaan kepada Allah.
Pemulihan ini mencakup yang pertama dan terutama, pengampunan dosa, namun ia juga mencakup pemulihan total kehidupan manusia melalui karya Kristus. Dengan terlibat dalam pelayanan pemulihan ini, Yesus tatkala di bumi, mendemonstrasikan kabar baik yang Ia beritakan – bahwa pemerintahan Allah yang menebus atas ciptaan telah dimulai. Kerajaan Allah telah tiba.
Sifat berdaya pulih ( restorative ) dan cakupan alam semesta ( cosmic ) dari keselamatan merupakan gagasan yang berkesinambungan dalam keseluruhan cara pandang Perjanjian Baru. ( Rm 8:19-23, 2 Pet3:10-13, Wah 21:1, Kol 1:20, Ef 1:10 )
Semua nats menekankan 2 tema :
Segala sesuatu di surga dan di bumi akan ditebus. Penebusan betul-betul mencakup seluruh alam semesta. Ini sesuai dengan sifat holistik dari kehidupan kita yang berdasarkan perjanjian.
Keselamatan adalah perbuatan mengerjakan kembali sesuatu.
Rom 8 => perbuatan membeli kembali
Kol 1 => Pendamaian atau rekonsiliasi
2 Pet & Wah -> Penciptaan kembali, pemulihan kebaikan ciptaan yang mula-mula telah hilang karena dosa.

Si pemberontak diikat
Kaitan kedatangan kerajaan Allah dengan kemenangan kematian-kebangkitan Kristus.
“Mengikat orang kuat” ( Mrk 3:7 ).
Yesus mengatakan bahwa kedatanganNya ke bumi mempunyai tujuan yang khusus yaitu menyerang dan menaklukan Setan, si orang kuat, dan untuk mengikat dia. Inilah yang Kristus capai melalui kematian dan kebangkitanNya. Setelah menaklukan dan mengikat si orang kuat itu, Dia sekarang siap untuk mengklaim kembali harta milikNya yang telah diambil oleh pangeran palsu itu dari Allah.

Yesus tidak berupaya untuk menegakkan kerajaan Allah secara total dan dengan segera ketika Dia ada di bumi. Ia datang untuk memulai kerajaan Allah. Dengan Firman dan karyaNya Ia mengumumkan kedatangan kerajaan ini. MujizatNya menunjukkan pada fakta bahwa Allah telah mulai menghapus kerajaan setan.
Kerajaan Allah digambarkan seumpama ragi yang diadukkan ke dalam adonan tepung terigu, yang kemudian menembusi seluruh adonan tersebut ( Mat 13:33, Luk 13:20-21 ). Tetapi Yesus bukan postmillenialist. Kerajan tersebut bukan berarti berangsur-angsur membesar sampai memenuhi segala sesuatu.
Pertumbuhan kerajaan Allah merupakan sebuah pergumulan dan peperangan. Akan tetapi, perumpamaan ini menguatkan kita. Seperti halnya ragi dosa telah habis-habisan merasuki seluruh ciptaan, ragi kerajaan Allah juga sekarang menjangkau sejauh kutukan ditemukan. Dan pada hari-hari yang terakhir, kerajaan tersebut akan datang dengan sepenuhnya melalui campur tangan yang menggemparkan dari Allah sendiri.

Kerajaan Allah datang dalam 2 tahap :
Kedatangan Kristus pertama -> Permulaan
Kedatangan Kristus kedua -> penggenapan

Pembaharuan Gambar Allah

Pemulihan gambar Allah di dalam gereja, tubuh Kristus.
Perjanjian Baru menunjuk kepada Nua sebagai gambar Allah par exellence ( Kol 1:15, Ibr 1:3, 2 Kor 4:4-6 ).
Kristus adalah gambar Allah yang sempurna, manusia ideal yang secara utuh dan lengkap mewakili Allah dan membawa kehadiran Allah dalam seluruh segi kehidupanNya sebagai manusia dimuka bumi. ( Yoh 14:9 ).
Kristus sebagai adam kedua ( Rm 5:12019 )
1 Kor 15:49 -> Orang Kristen memakai rupa Adam dan gagal mencitrakan Allah tetapi suatu hari kita akan memakai rupa Kristus yakni kembali mencitrakan sang pencipta kita.

Alkitab berjanji bahwa pada hari terakhir ketika Kristus datang untuk menggenapkan kerajaanNya “kita akan menjadi sama seperti Dia” ( 1 Yoh 3:2 ).
Allah menentukan gereja untuk serupa dengan Kristus ( Rom 8:29, Ibr 2:10-11 )

Pemulihan ini adalah juga realitas dari pengudusan ( sanctification ) yakni pertumbuhan kita menuju kedewaasan di dalam Kristus.
Kristus sebagai kepala gereja adalah standard dan ukuran kita ( Ef 4:13 ), maka tugas pencitraan kita untuk mencerminkan pemerintahan Allah dalam kehidupan kita berpadanan dengan pertumbuhan kita untuk menjadi serupa dengan Kristus ( Ef 4:13 ).
Seperti halnya Kristus sepenuhnya mewakili Allah dalam seluruh kehidupanNya di bumi, kita sebagai gereja dan tubuh Kristus harus mewujudkan secara nyata kehidupan dan kehadiran Kristus, Tuhan kita, disini dan sekarang.

Roh yang membaharui

Kedatangan Roh Kudus menandai sebuah tahap baru yang signifikan dalam sejarah penebusan yang menandakan jaman perjanjian baru sudah tiba. Di dalam PL, Roh Allah hanya sekali-kali disebut dan hanya dalam kaitan dengan sejumlah pemimpin pilihan di Israel. Di dalam PL, tempat kediaman Allah dalam konteks penebusan dibatasi di kemah suci dan kemudian di Bait Allah. Di dalam perjanjian baru, umat Allahlah – tubuh Kristus dan juga tubuh setiap orang Kristen – yang disebut sebagai bait Roh Kudus. Kita adalah rumah rohani tempat Allah tinggal.
Karena kehadiran Allah yang kekal dan membaharui mengiringi kita, kita dapat mengetahui dengan pasti bahwa kita akan berbagian dalam kerajaan yang akan datang ini, dalam penebusan atas seluruh alam semesta yang akan Ia lakukan.
Melalui Roh kita mencicipi berkat dari kerajaan yang akan datang tersebut – pembaharuan kita ke dalam gambar Allah.
Di dalam PB, ketika Roh belum diberikan secara universal, Allah memberikan hukum-hukum perjanjian yang terperinci kepada umatNya sebagai pembimbing. Di dalam PB., Allah memberikan Roh Kudus untuk mengembalikan kita pada kesesuaian dengan standard2 penciptaan Alllah. Hukum Allah ditulis di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang diam disana dan kita dipercayakan dengan tanggung jawab untuk menafsirkan dan menerapkan hukum ini dalam kehidupan kita.
Orang Kristen mengalami perubahan dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

Mencitrakan Allah – Bersama-sama

Sebuah ajaran PB adalah bahwa kekristenan tidak bersifat perorangan. Ketika kita dibaharui di dalam gambar Kristus, tidak hanya kepada pribadi-pribadi tetapi selalu kepada komunitas orang percaya ( Ef 4:7-16, 22-24, 5:1-2, Kol 3:5-17 ).
Tugas kita untuk memahami hukum-hukum Allah dan mencitrakan Dia melalui gaya hidup kita yang taat adalah sebuah tugas komunal.
Kita tidak dapat mencitrakan Allah seorang diri karena citra ini mengacu kepada pemerintahan kultural kita atas ciptaan dan pemmbentukan kebudayaan oleh manusia merupakan sebuah tugas komunal.
Tugas komunal gereja bukan sekedar pengembangan kultural tetapi juga sebagai pelayanan-pelayan pendamaian. Tugas penebusan kita adalah tubuh Kristus dipanggil untuk bekerja bersama-sama dalam dunia yang berdosa, untuk berupaya membawa pengampunan, penyembuhan, dan pembaharuan dari pemerintahan Allah atas setiap bidang kehidupan. Pribadi-pribadi perlu bertobat dan pola-pola kultural perlu diarahkan kembali.

Untuk menjawab bagaimana melaksanakan pencitraan Kristus dalam kebudayaan maka harus mengerti perbedaan struktur kebudayaan dalam berbagai wujudnya dan arah spiritual yang menentukan kerajaan mana yang dilayani oleh struktur kebudayaan tersebut.

Struktur dan Arah.

Ada struktur yang ditetapkan oleh Allah melalui penciptaan. Dengan demikian, berbagai aspek kehidupan kita – fisik , emosional, biologis, politis, estetis, dan ibadah berfungsi berdampingan satu dengan yang lain di dalam struktur yang telah ditetapkan Allah.
Unsur-unsur kehidupan ada untuk sebuah tujuan. Pada mulanya, kebaikan mengalir searah melalui strukturNya dalam respons yang sempurna terhadap perjanjian penciptaanNya. Kehidupan berjalan sesuai dengan kehendak Allah – dan semuanya itu sungguh amat baik.
Tetapi muncul dosa. Dosa meruapkan kejahatan yang mengalir ke arah yang berlawanan. Dosa tidak mengubah struktur kehidupan di dalam dunia, Ciptaan Allah yang mula-mula tetap ada karena Ia menopangnya. Yang berubah adalah arahnya.

Jadi karya Allah dalam keselamatan adalah mengarahkan kembali arah kehidupan kita. Penebusan pada dasarnya adalah penciptaan kembali diri kita. Arus kehidupan mengalir menurut arahnya mula-mula sehingga kita dapat menjadi apa yang sesungguhnya telah ditetapkan kita.

Arti dalam kehidupan praktis : Orang Kristen harus berupaya untuk memahami berbagai fenomena kultural dan membawa mereka ke bawah keTuhanan Kristus.

The Enemy Within

Judul Buku : the Enemy Within
Tipe : Ringkasan Buku
Pengarang : Kris Luggagard
Diringkas oleh : Henry Raharja

Bagian I
Kuasa dosa: apakah itu?

Pada waktu kita akan maju berperang maka secara logika kita harus mengenal musuh yg harus kita hadapi, bukan mengenal secara sembarangan tapi mengenal musuh secara terperinci dan baik yg akan membuat kita dapat melawan musuh tersebut. Kita sadari bahwa kuasa dosa terus menekan kita dan membuat posisi kita untuk jauh dari Tuhan. Hal ini juga dialami oleh Paulus sendiri di dalam kehidupan dia sebagai orang percaya. Di dalam Roma 7, terlihat jelas bahwa Paulus juga mengalami hal yang sama di dalam peperangan melawan kuasa dosa. Bahkan kadang-kadang berada dalam posisi yang hampir tidak berdaya, berteriak di ambang kekalahan (Roma 7:23-24). Akan tetapi akhirnya dia sendiri telah memenangkan pertempuran dan akan menerima mahkota kebenaran dari Tuhan. (2 Timotius 4:7-8)
Ada 4 hal kebenaran mengenai dosa yang membuat Paulus rendah hati di dalam pertempuran ini :
Dosa yang hidup dalam diri kita adalah sebuah “hukum” (Roma 7:20,23)
Paulus menggunakan kata “hukum” untuk menyatakan kuasa, otoritas, paksaan dan kontrol yang digunakan oleh dosa di dalam hidup kita. Dan Paulus menggunakan kata “hukum” sebagai suatu ironi, karena semestinya hukum Allah yang menguasai hidup kita akan tetapi hukum dosa yang tampaknya seringkali menang dalam pertempuran. Dosa dilihat sebagai hukum karena mempunyai kekuatan bahkan di dalam hidup orang percaya untuk menekan kita ke dalam cetakannya yang jahat. Dalam hal ini Yesus Kristus sudah menggulingkan pemerintahan dosa, melemahkan kuasanya, dan membunuh akarnya sehingga dosa itu tidak akan bisa menghasilkan buah kematian kekal dalam diri orang percaya. Akan tetapi dosa tetaplah dosa, sifat alami dan tujuannya tetap tidak berubah. Peperangan masih terus berlanjut sampai kedatangan Yesus Kristus yang kedua, barulah peperangan ini berakhir dan kuasa dosa akan diceraiberaikan.

Kita menemukan hukum dosa ini dalam diri kita
Di dalam Roma 7:21 Paulus menemukan bahwa hukum dosa berada di dalam diri kita. Dan kita sering tidak menyadari bahwa hukum itu terus bekerja di dalam hidup kita. Bagi orang tidak percaya, hukum dosa ibarat sungai yang meluap, menghanyutkan dan tidak dapat diukur kekuatan arusnya. Karena mereka telah menyerahkan diri mereka untuk turut hanyut dalam aliran arus tersebut. Beda halnya dengan orang percaya yang terus berenang melawan arus, berusaha sekuat tenaga untuk melawan kekuatan dosa tersebut.

Kita menemukan hukum dosa ini pada saat kita berada dalam kondisi kita yang terbaik
Sekalipun hukum dosa begitu kuat, ia tidak berkuasa atas hati orang percaya. Tapi ada suatu keunikan di dalam dosa bekerja yaitu pada saat kita paling ingin melayani Allah, mematuhi Allah maka hukum ini mulai bekerja dengan keras. Sedangkan pada saat kita mengalami kemunduran, atau tidak mempedulikan hal-hal mengenai Allah, maka hukum ini tidak terlalu bekerja dengan keras. Tetapi hukum dosa bukanlah yang diktator atas diri orang percaya. Seperti di dalam Roma 7:21 di mana Paulus selalu ingin menyenangkan Tuhan, memuliakan-Nya, melayani umat-Nya, menghormati nama-Nya. Yohanes juga berpendapat hal yang sama (1Yoh 3:9) yang melihat bahwa benih dari Allah ada di dalam diri orang percaya yang tidak mungkin hidup berdampingan dengan dosa. Hal ini yang membedakan antara orang percaya pada keadaan mereka yang terburuk dengan orang tidak percaya pada keadaan mereka yang terbaik. Pada saat orang percaya tersandung dan tampak dikuasai oleh tirani dosa, hati barunya tetap membenci dosa. Akan tetapi orang tidak percaya yang penampilan tampak lemah lembut dan terhormat., jika Allah menghilangkan anugerah-Nya yang mengekang orang tersebut, maka akan sukarela bahkan menikmati penyerahan dirinya pada dosa.

Hukum dosa ini tidak pernah berhenti bekerja
Setiap orang percaya selalu mempunyai keinginan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan. Bisa berupa adanya keinginan secara umum dan terus menerus atau bisa berupa keinginan yang timbul dari kewajiban tertentu dalam pikiran yang ingin dilakukan (doa pribadi, perpuluhan). Dan hukum dosa selalu terus melawan keinginan tersebut. Walaupun kita hanya ingin melakukan tugas sederhana bagi Allah, maka dengan secepatnya dosa melawan akan keinginan tersebut dengan membuat kita mengantuk, malas, pelit atau ambisius, dll.

Satu-satunya aturan moral yang berotoritas bagi orang percaya adalah kerajaan dan pemerintahan Allah. Dan dosa adalah perampas takhta yang kadang-kadang dapat memaksakan dirinya pada kita. Sekalipun kita bangkit dan mengatakan bahwa ia tidak mempunyai otoritas tapi dosa dapat mendorong kita kesana-kemari dengan janji-janji dan ancaman-ancaman. Seperti di dalam Ulangan 27 dan 28 di mana setengah suku bangsa Israel berdiri di lereng gunung Ebal dan setengahnya lagi berdiri di seberang lembah gunung Gerizim. Mereka yang berada di gunung Ebal meneriakkan kutuk atas orang-orang yang tidak mematuhi hukum; sedangkan yang berada di gunung Gerizim mengumumkan berkat-berkat bagi orang-orang yang mematuhi hukum. Jika di balik ancaman-ancaman dan janji-janji demikian terdapat suatu kuasa yang bisa menjadikan mereka orang-orang yang baik, orang-orang akan termotivasi untuk menaatinya.

Upah-upah yang dijanjikan dosa
Kenikmatan-kenikmatan karena melakukan dosa adalah upah yang ditawarkan oleh dosa. Upah yang menyebabkan orang rela menjual jiwanya. Ibrani 11:24-26 menceritakan adanya peperangan dalam hati Musa yaitu pergumulan yang terjadi antara hukum dosa dan hukum anugerah. Upah yang ditawarkan oleh dosa sangatlah besar seperti kehormatan, kekayaan, intelektual, kenikmatan makanan, perempuan, dan hiburan yang sensual.

Hukuman yang diancamkan dosa
Satu hal yang harus dihadapi Musa jika ia tidak tunduk pada hukum dosa adalah hidup dalam “perlakuan yang tidak adil” dan “aib” (ayat 25-26). Inilah ancaman hukuman jika tidak mematuhi hukum dosa dan segala macam kejahatan, masalah, dan bahaya diancamkan terhadap semua orang di dunia yang mengikut Kristus (Matius 5:10-12;24:9; Yoh 16:33; Filipi 1:29; 2 Timotius 1:8;3:12; 1 Petrus 4:12; Wahyu 2:10)

Hukum dosa bukan bekerja pada diri kita dari luar, kita memilikinya dalam diri kita. Hukum dosa bukanlah hukum tertulis yang hanya mengarahkan kita dengan perintah saja, akan tetapi berkembang biak dalam diri kita, bekerja, memaksa, dan mendorong kita dari bayang-bayang hati kita sendiri.

Dosa yang berdiam di dalam diri tidak menyenangkan
Hukum dosa telah berdiam dalam diri kita dan kita adalah rumahnya (Roma 7:17,20). Apabila dosa hanya datang sekali waktu saja, maka kita dapat melakukan banyak hal yang sesuai dengan kehendak Allah saat dosa itu pergi. Akan tetapi, ke mana pun kita pergi, apa pun yang kita lakukan, hukum dosa berjalan menyertai kita di setiap langkah.

Dosa yang berdiam di dalam diri tidak menghormati Sabat
Saat Paulus siap untuk melakukan sesuatu yang Kudus dan penuh kasih, dosa selalu berada di sisinya (ayat 21). Pada saat kita ingin berdoa, mendengarkan khotbah, merenungkan Firman, memberikan persembahan yang besar bagi kerajaan Allah, memberi semangat pada seorang saudara, menolak pencobaan. Dosa akan siap berada di hadapan kita untuk mengganggu. (ayat 18, Galatia 5:17)

Dosa melakukan pekerjaan kotornya dengan mudah
Karena dosa bekerja dari dalam, maka ia “dengan mudah menjerat” kita (Ibrani 12:1). Tidak ada tugas rohani, tidak ada hal saleh yang dapat kita lakukan tanpa merasakan terpaan angin penolakan dari dosa pada wajah kita. Pada saat Allah memerintahkan kita untuk percaya bahwa Allah baik dan bijaksana maka dosa menyelinap dengan bibit keraguan dan kecurigaan. Pada saat Allah memerintahkan kita untuk membantu sesama yang membutuhkan maka terdapat dosa ketidakpedulian dan kekikiran kita. Pada saat Allah menginginkan kita untuk mengharapkan kedatangan Kristus yang kedua dengan segenap hati maka muncul dosa, melambai-lambaikan harta duniawi di depan mata kita.

Hati adalah teka-teki yang hanya mungkin diselesaikan oleh Allah (Yeremia 17:9-10). Kita secara rendah hati mengakui bahwa hati kita tidak dapat mengetahui isi hati orang lain, akan tetapi pada kenyataannya kita bahkan tidak dapat mengenal hati kita sendiri.
Hati ternyata lebih dari sekadar rumit dan tidak terselidiki: hati “lebih licik daripada segala sesuatu” (ayat 9). Terlihat dari betapa mudahnya kita berubah. Di satu hari kita seorang yang bijaksana, hari berikutnya kita seorang badut. Kita dapat menjadi seorang yang terbuka dan sangat ceria, ataupun pendiam dan pemurung, mudah bergaul atau seorang yang benar-benar aneh, romantis atau dingin. Di satu hari Yesuslah segalanya bagi kita, pada saat berikutnya kita mencintai dunia lebih daripada Raja Midas sendiri. Atau kita tahu bahwa persekutuan pribadi dengan Allah adalah makanan bagi jiwa kita, dan kita merindukannya, tetapi kita tidak dapat menyeret diri kita dari tempat tidur, atau kalaupun kita dapat bangun, pikiran kita melayang ke seluruh penjuru dunia kecuali ke sorga.

Hati adalah pikiran yang percaya dan diterangi (Roma 10:10; Efesus 1:18), keinginan memutuskan dan mengambil tindakan (2 Korintus 9:7; Efesus 6:6) atau perasaan afeksi meliputi emosi, kerinduan, kejijikan, imajinasi (2 Korintus 2:4). Orang percaya mempunyai hati yang baru (Yehezkiel 36:26), akal budi yang baru yaitu pikiran Kristus (Roma 7:25;8:26;1 Korintus 2:16), dan keinginan-keinginan baru akan perkara-perkara Allah (Roma 7:18; 2 Korintus 5:2; Ibrani 13:18). Meskipun demikian, karya Allah atas hati yang diperbaharui ini belum selesai (1 Yohanes 3:2). Akal budi belum dapat melihat sejelas kemampuannya kelak (1 Korintus 13:9,12), keinginan-keinginan dapat terjerat (Galatia 2:11-13) dan kehendak tidak dapat sepenuhnya mengerjakan keinginan Allah (Galatia 5:17).

Jika kita berperang dengan dahsyat melawan dosa, kita akan mendapat kemenangan. Dosa akan menjadi lemah, dan kita akan bertumbuh dalam anugerah menjadi serupa dengan gambar Kristus. Tetapi peperangan ini harus dilakukan terus-menerus selama kita masih berada di dalam dunia. Jika kita memberikan sedikit saja kelonggaran kepada kedagingan kita, kita akan melihat dosa menggalang kekuatan baru dan hidup kembali. Kita bahkan mungkin akan berakhir pada posisi yang lebih buruk daripada sebelumnya (Lukas 11:24-26; Ibrani 12:1-4; Matius 16:6; Matius 26:41; Lukas 12:15; 1 Korintus 16:13; 2 Petrus 3:17).

Paulus menganggap kedagingan adalah sama dengan perseteruan dan kebencian terhadap Allah, ia menutup kemungkinan bahwa kedagingan akan tunduk kepada Allah atau bersahabat dengan Allah. Perjanjian damai antara Allah dan kedagingan adalah hal yang mustahil.
Dalam Roma 5:10, Paulus mengatakan bahwa dahulu kita adalah musuh Allah. Kristuslah Pendamai dalam Injil, menggunakan kematian-Nya untuk mematikan perseteruan antara kita dan Allah. “Manusia lama” (kedagingan) kita telah disalibkan bersama Kristus (Roma 6:6), membuatnya tidak berdaya untuk berkuasa atas kita dan memperbudak kita, serta menghasilkan buah kematian kekal dalam diri kita. Ketika Ia datang, Ia akan memusnahkan kedagingan untuk selamanya. Inilah satu-satunya cara untuk mengakhiri perseteruan ini: menghancurkannya.
Ketika anugerah Allah mengubah natur kita, ia tidak mengubah natur kedagingan. Anugerah Allah menaklukannya, melemahkannya, memberinya luka yang mematikan, tetapi niat jahatnya tetap bergelora di dalam kedagingan kita.
Allah adalah kasih. Sifat-Nya adalah keindahan dan kasih yang murni. Ia memiliki kesempurnaan yang kekal dan mestinya diingini oleh kita lebih dari segala sesuatu hingga selama-lamanya. Ia telah mencurahkan keindahan dan kasih-Nya kepada kita melalui Anak-Nya, menjadikan kita manusia baru dalam diri-Nya, mengisi kita dengan harapan dan ekspetasi bahwa pada suatu hari kita akan tinggal bersama dengan-Nya di rumah-Nya. Tetapi kedagingan yang tersisa dalam diri kita, menempatkan kita pada posisi yang mencemaskan. Kita membawa perseteruan melawan Allah di dalam diri kita, perseteruan yang tidak dapat diredakan.
Kedagingan membenci kita hanya karena Allah berada di dalam diri kita: “keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh” (Galatia 5:17). Jika kedagingan tidak keberatan terhadap hikmat Allah, misalnya kita dapat merenungkan kemisteriusan Injil siang dan malam tanpa menjadi letih, dan menemukan kekuatan yang tiada habisnya di dalam rencana Allah untuk menyelamatkannya. Tetapi kedagingan membenci segala sesuatu mengenai Allah, kedagingan menolak segala cara yang kita coba untuk merasakan, mengenal, dan mencintai Allah. Dan jika ada sesuatu yang memungkinkan kita mencari dan menikmati Allah, semakin keras pula perlawanan dosa terhadapnya

Bagian II
Kuasa dosa: cara ia bekerja

Selama Hawa bisa melihat dengan jelas, ia baik-baik saja. Tetapi ketika si Ular menipunya, ia makan (Kejadian 3:13). Ketika Adam mengikutinya, dosa memasuki dunia. Tipu muslihat telah dan akan terus menjadi cara operasi Iblis. Tidak seorang pun akan mengikuti Iblis jika orang itu tidak terpedaya (Wahyu 12:9;20:10).
Hukum dosa ada di dalam diri kita, karena ia berasal dari Iblis, dosa bekerja dengan cara yang sama:”Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan ‘hari ini’, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa”(Ibrani 3:13). Paulus mengatakan bahwa sebelum kita dibebaskan oleh Kristus, kita “bebal, tidak taat, tertipu dan diperbudak oleh segala jenis hawa nafsu dan kesenangan” (Titus 3:3). Ia menyuruh kita untuk menanggalkan manusia lama kita yang terdahulu (kedagingan, hukum dosa dalam diri kita), karena manusia lama ini “menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan” (Efesus 4:22).

Kedagingan menggunakan tipuan untuk melumpuhkan penjaga jiwa kita yaitu akal budi. Akal budi adalah pengawas yang ditugaskan untuk berjaga-jaga atas jiwa kita dengan cermat dan dengan mempertanyakan, menilai, dan mempertimbangkan:”Apakah ini akan menyenangkan Allah?”, “Apakah ini sesuai dengan Firman Allah?” Jika akal budi menetapkan bahwa suatu tindakan itu benar, maka afeksi akan mengikutinya, menginginkannya, merindukan dan berpegang pada apa yang dikatakan oleh akal budi sebagai hal yang baik. Akhirnya, kehendak akan menggerakkan jiwa untuk bertindak, melakukan apa yang dikatakan oleh akal budi sebagai yang baik dan yang dirindukan oleh afeksi. Ketika masing-masing kemampuan hati melakukan tugasnya dengan baik, maka kita menaati Allah dari dasar hati kita. Tapi jika pikiran kita terbujuk untuk mempercayai bahwa dosa adalah baik bagi jiwa kita, maka afeksi memunculkan kerinduan pada dosa ini, maka kehendak kita akan menyetujuinya. Efek berantai ini akan bergulir dan kedagingan menghasilkan buahnya yang busuk dalam hidup kita.

Yakobus menulis kepada orang-orang yang mencoba berdalih tentang dosa mereka, seperti yang dilakukan Adam dan Hawa di dalam taman: menyalahkan Allah (Yakobus 1:14-15). Tetapi Yakobus mengatakan seluruh kesalahan dari dosa terletak pada diri si pendosa itu sendiri, karena dialah yang telah dibutakan oleh keinginan dagingnya sendiri.
Sasaran utama dari kedagingan adalah maut (ayat 15). Kepura-puraan apapun yang dilakukan oleh dosa akan mengakibatkan maut. Kedagingan ingin kita mempercayai bahwa akibat dari bercumbu dengan dosa sebenarnya ringan-ringan saja.
Sedangkan cara kerja kedagingan untuk membawa kita menuju maut adalah melalui pencobaan (ayat 14). Inti sari dari pencobaan adalah tipuan. Dicobai dan ditipu adalah hal yang sama.
Terdapat lima tingkatan pencobaan :
Menyeret pergi (akal budi)-pikiran terseret dari tugas-tugasnya oleh tipuan dosa
Memikat (afeksi)-afeksi dipikat dan dijerat
Membuahi dosa (dalam kehendak)
Kelahiran dosa (dalam perbuatan, perkataan, pikiran, dsb)
Maut oleh dosa (perbudakan dalam dosa adalah kematian rohani)
Tingkat kelima ini, oleh anugerah Allah, tidak pernah tercapai di dalam kehidupan orang percaya. Allah juga sering menggugurkan buah dosa dalam kehidupan orang percaya (tingkat keempat) seperti contoh ketika seorang pria mungkin memiliki nafsu berahi terhadap seorang wanita dan berniat untuk merayu wanita itu, tetapi si wanita tidak bersedia, maka si pria tetap tidak berdaya untuk melaksanakan niat kedagingannya.

Dalam sejarah ada seorang pria yang melewati ujian dengan begitu baik yaitu Yusuf. Jawaban yang ia berikan kepada istri majikannya mengajarkan kita kewajiban ganda dari akal budi sebagai garis depan pertahanan melawan tipu muslihat kedagingan (Kejadian 39:6-10). Akal budi Yusuf dilindungi oleh dua pemikiran: kebusukan dosa (“Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini?”) dan kebaikan dan anugerah Allah (“Bagaimana mungkin aku bisa berbuat dosa terhadap Allah?”).
Karena akal budinya siaga dan siap untuk bertindak (1 Petrus 1:13-16), ia dapat menyadari adanya tipu muslihat kedagingan dan mampu menolak cobaan meskipun cobaan ini begitu menggiurkan dan penolakannya akan mendatangkan akibat buruk yang tidak dapat ditanggung oleh kebanyakan manusia. Yusuf memilih untuk mempertaruhkan nyawanya daripada berdosa. Garis pertahanan yang pertama adalah selalu mengingat bahwa setiap dosa berarti meninggalkan Allah (Yeremia 2:19), jangan pernah melupakan pencemaran, pengrusakan, dan penajisan yang dilakukan dosa. Allah membenci dosa. Ketika Paulus mengatakan bahwa kasih Kristus telah menguasai dirinya (2 Korintus 5:14), ia menjelaskan bahwa akal budi haruslah tetap terpusat pada Allah, terutama pada anugerah dan kebaikan-Nya kepada kita. Kasih-Nya mendorong, membakar, dan menggerakkan kita untuk taat. Inilah sumber ketaatan kita, dan motif tertinggi kita untuk menemukan apa yang menyenangkan Allah dan melakukannya.

Sasaran pertama yang paling mencelakakan adalah menyalahgunakan anugerah Allah untuk membuat dosa tampak lebih tidak berdosa, lebih tidak berbahaya, lebih tidak mengancam. Kedagingan akan melemahkan keinsafan akan dosa dengan memisahkan pemulihan oleh anugerah dari rancangan anugerah. Kedagingan bekerja untuk membuat kita melupakan bahwa kita diselamatkan untuk menjadi kudus dan hanya memikirkan jika kamu berdosa, maka kamu akan diampuni. Kedagingan membuat kita ceroboh dan meremehkan dosa. Jika kita benar-benar telah melakukan perbuatan dosa, maka kita nantinya juga akan diampuni.
Kedagingan juga menggunakan tipu dayanya untuk mengusir semua pemikiran mengenai Allah dari akal budi kita dan mengisi akal budi itu dengan perkara-perkara duniawi. Kedagingan mengetahui bahwa akal budi kita tidak mungkin bisa berpusat pada Allah dan hal-hal duniawi pada saat bersamaan (Kolose 3:2; 1 Yohanes 2:15). Tipuan utama dari kedagingan adalah dengan menyelinapkan keduniawian dalam akal budi dengan disamarkan sebagai suatu keharusan.
Seperti di dalam Matius 22 mengenai kisah pesta pernikahan. Ketika pesta telah siap, raja mengutus hamba-hambanya untuk mengumpulkan para tamu. Tetapi masing-masing undangan mempunyai alasan, hal yang lebih mendesak. Mengerjakan ladang memang bisa menyenangkan Allah. Ia ingin kita bekerja keras. Kita dapat menjalankan suatu bisnis untuk memberikan kemuliaan bagi Allah, bahkan menggunakannya untuk memperluas kerajaan-Nya. Akan tetapi, di balik semua hal ini kedagingan melakukan sesuatu yang licik dan mengambil apa yang seharusnya baik dan menyenangkan Allah dan menggunakannya untuk mengenyahkan Allah dari dalam akal budimu. Tidaklah sulit untuk membayangkan seorang yang memulai bisnisnya dengan tekad memuliakan Allah dalam segala hal, kemudian disesatkan. Ia memberikan perpuluhan dari keuntungan atau bahkan lebih bagi Kerajaan Allah dan Allah memberkatinya. Maka ia bekerja lebih keras, memperoleh lebih banyak keuntungan, memberikan lebih banyak lagi bagi Allah. Hal ini tampak dan terasa seperti berkat Allah, akan tetapi kerja keras dan tuntutan atas kesuksesannya mulai mendesak waktunya untuk membaca Firman dan doa pribadi.

Akal budi hanya dapat melindungi dari tipu muslihat kedagingan jika ia melihat kepada salib. Jika kita ingin mengetahui apa yang sepantasnya diterima oleh dosa, kita harus memahami arti salib. Jika kita ingin tahu betapa dalamnya jangkauan kebusukan dosa, kita harus benar-benar memahami implikasi-implikasi dari salib. Jika kita ingin tahu berapa jauh Allah rela berkorban untuk menyelamatkan kita dari dosa, kita harus melihat anak-Nya yang begitu dikasihi-Nya tergantung di kayu salib bagimu.

Allah telah memberikan kepada kita alat-alat yang mempunyai kemampuan untuk menghancurkan dosa, tetapi kedagingan akan melawan dengan segenap kekuatannya. Alat-alat yang diberikan kepada akal budi adalah meditasi dan doa pribadi. Di dalam meditasi dan doa ini kita membandingkan hati kita dengan Alkitab, membandingkan hidup kita dengan apa yang kita temukan di sana. Kita mempertimbangkan kebenaran sebagaimana terdapat di dalam Yesus, melihat hidup-Nya terbentuk di dalam diri kita.

Bermeditasi mengenai Allah bersama Allah
Penuhilah akal budi kita dengan karakter, kemuliaan, keagungan, kasih, keindahan dan kebaikan Tuhan. Berbicaralah kepada Allah saat kita memikirkan Dia secara mendalam, merendahkan jiwa kita di hadapan-Nya, mengagumi-Nya dan bersuka atas-Nya dan memberikan kemuliaan bagi-Nya (Mazmur 8:1)
Bermeditasi mengenai Firman di dalam Firman
Pelajarilah Firman yang tertulis untuk mengenal Firman yang hidup. Jangan pernah membiarkan tujuan kita mempelajari Alkitab hanya untuk menemukan pandangan baru untuk memuaskan keinginan kita untuk belajar atau untuk mendapatkan sesuatu yang menarik untuk dibagikan kepada kelompok kecil kita. Dan janganlah belajar dan berdoa tanpa bantuan Allah. Dialah yang dapat menerangi akal budi kita sehingga kita dapat mengerti kebenaran itu (1 Korintus 2:6-16). Dialah yang mengajarkan kita untuk berdoa saat kita tidak tahu apa yang harus kita katakan (Roma 8:26-27). Mintalah kepada-Nya untuk membuka bagimu akal budi dan kehendak-Nya, sehingga kita dapat semakin mengenal dan mengasihi-Nya.
Bermeditasilah mengenai dirimu di dalam Firman dan bersama Allah
Kuasa dari meditasi dan doa terletak pada kemampuan untuk pekerjaan-pekerjaan dosa seperti keuntungan apa saja yang didapat oleh kedagingan atas dirimu, pencobaan-pencobaan apa saja yang telah digunakannya dengan berhasil, kerusakan apa saja yang telah diakibatkanya dan kerusakan apa yang masih direncanakannya. Doa dan meditasi juga berseru kepada Roh Kudus untuk menggunakan Firman untuk menerangi setiap celah dalam jiwa kita, untuk menunjukkan kepada kita setiap kebutuhan dan bahaya nyata yang ada. Tanpa adanya tujuan dan keinginan tersebut maka doa dan meditasi tidak akan memberikan kemuliaan apa pun kepada Allah dan tidak akan membuat kita kudus atau memenuhi kita dengan suka cita. Tapi dengan hal tersebut di atas maka doa dan meditasi mencerminkan kedalaman jiwa kita, membongkar semua rencana dan rekaan hukum dosa dan menyeretnya ke dalam hadirat Allah. Di dalam terang Tuhan, semua imajinasi kedagingan dihakimi, dikutuk, dibenci dan diratapi (Yesaya 30:22).

Kedagingan yang berdiam di dalam diri kita juga tidak akan membiarkan kita bermeditasi dan berdoa. Kedagingan akan tetap menolak segala sesuatu yang berhubungan persekutuan dengan Allah, karena persekutuan dengan Allah membuatnya sesak. Ia akan melakukan apa saja untuk menghentikan doa dan meditasi kita.

Serangan ditujukan pada kelemahan kita
Ketika berada dalam serangan hebat dan bahaya, saat mereka seharusnya berdoa, para rasul Yesus justru jatuh tertidur (Matius 26:41). Kedagingan rohani mengambil keuntungan dari kelemahan kedagingan alamiah (tubuh). Hal inilah yang dilakukan Iblis terhadap Yesus ketika tubuh-Nya lemah setelah berpuasa empat puluh hari (Matius 4:1-3). Jika kita tidak menanamkan ke dalam akal budi kita bahwa doa dan meditasi adalah peralatan yang mutlak harus kita gunakan dan mencari anugerah Allah setiap hari untuk melawan kemalasan tubuh, kita akan memilih tidur setiap paginya dan tidak akan berlutut di hadapan takhta-Nya.

Serangan berupa tirani hal-hal yang mendesak
“Jika kita terlalu serius dengan perkara doa dan meditasi, kita tidak akan dihormati dalam pekerjaan sebagai pekerja keras, dan kita tidak akan mempunyai banyak waktu untuk bergaul dengan orang lain.” Logika kedagingan yang telah diputarbalikkan ini terdengar sangat masuk akal. Kedagingan tahu bahwa Allah telah memanggil kita untuk bekerja keras di dalam panggilan kita dan untuk menolong sesama dengan kasih. Tentu saja kedagingan lebih suka jika kita tidak melakukan hal apa pun yang baik dan menyenangkan Allah, tetapi jika ia dapat menggunakan pekerjaan dan kehidupan sosial kita untuk melemahkan persekutuan kita dengan Allah, maka ia pasti akan melakukannya. Ketika tidak ada cukup waktu untuk melakukan segala hal, ada yang harus dikorbankan. Kedagingan memberikan alasan bahwa pekerjaan kita tidak mungkin dikorbankan, karena kita mempunyai tanggung jawab terhadap atasan, kita tidak boleh lagi mengorbankan waktu untuk keluarga. Allah tidak menginginkan hal ini dan tentunya kita tidak seharusnya menjauhi pergaulan dengan teman kita, terutama jika mereka bukanlah orang percaya, karena kita mungkin menyakiti hati mereka dan membuat mereka tidak menyukai injil. Jadi yang dikorbankan adalah persekutuan kita dengan Allah. Tapi tentunya hidup tidak harus kaku. Ada saat-saat tertentu di mana pekerjaan kita memang membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang biasanya, ada saat-saat ketika keluarga kita membutuhkan perhatian yang lebih banyak dan saat-saat ketika doa kita harus diutamakan lebih daripada yang lainnya.

Serangan berupa pertukaran kewajiban
Kedagingan dapat saja memberikan alasan bahwa jika kita berdoa dengan keluarga atau pergi ke ibadah umum, itu sudah merupakan kerohanian yang cukup untuk menguatkan setiap orang. Kita tidak perlu lagi melakukan doa dan meditasi pribadi yang memeriksa diri.

Serangan berupa janji yang muluk
Biasanya kedagingan akan membujuk kita seperti “kita dapat berdoa dan bermeditasi minggu depan, sesudah kita melalui ujian fisika tengah semester atau setelah menyelesaikan laporan akhir tahun di tempat kerja, atau setelah menata halaman belakang rumah. Sesudah melakukan semua hal ini, maka kita akan lebih rajin dan setia.

Yakobus mengatakan bahwa kedagingan adalah “pemancing manusia.” (Ibrani 11:25) Kedagingan mengayunkan kenikmatan-kenikmatan dosa di hadapan kita, menghiasinya dengan semua yang dikatakannya sebagai kenikmatan, menjadikannya sebagai sesuatu yang membuat kita rela menjual jiwa untuk mendapatkannya. Menyamarkan bahaya dosa di bawah hiasan yang nikmat, inilah cara kedagingan mengait afeksi kita.
Kedagingan mempunyai visi melihat sebuah dunia yang bebas dari kelaliman pemerintahan Allah. Kedagingan membayangkan kebebasan untuk melakukan segala rencananya tanpa campur tangan dari hukum, atau perintah. Dan kedagingan menawarkan visi ini kepada imajinasi kita, membantu kita melihat kemungkinan-kemungkinan yang menggiurkan. Tapi ingatlah bahwa akal budi adalah penjaga jiwa. Tugasnya adalah memilah dan menghakimi kata-kata, perbuatan-perbuatan, keinginan-keinginan, pikiran-pikiran, kepercayaan-kepercayaan, dan emosi-emosi apa yang akan menyenangkan Allah.
Untuk melindungi afeksi kita, kita harus berhati-hati terhadap dua hal: objek dari afeksi kita dan kekuatan dari afeksi kita. Objek dari afeksi yaitu apa yang menjadi pusat perhatianmu, seharusnya selalu terpusat pada perkara-perkara sorgawi (Kolose 3:2). Pusatkanlah afeksi kita pada Allah sendiri, pada keindahan dan kemuliaan-Nya sendiri. Pusatkanlah hati kita pada Tuhan Yesus, yang terindah dari segalanya, harapan bangsa-bangsa. Selidikilah misteri Injil-Nya, segenap hikmat dan kasi Allah yang dinyatakan dalam Kristus, dan semua berkat yang telah dicurahkan-Nya bagi jiwa kita (Galatia 6:14).

Sering kali kita mencoba untuk berdalih atas tingkah laku kita yang tidak layak dengan mengatakan bahwa seseorang yang lebih tinggi menyuruh kita, dengan mengatakan bahwa kita tidak tahu atau dengan alasan ada paksaan dari luar atau desakan hati yang merampas kebebasan kita. Persetujuan kehendak adalah hal yang rumit. Kadang kita memberikan persetujuan kita kepada suatu hal secara rela, sepenuhnya, secara mutlak, sesudah mempertimbangkannya dengan hati-hati. Kadang kita bertindak menurut dorongan hati sesaat yang kemudian kita sesali dan tidak dapat menjelaskannya.

Dosa dengan sepenuh hati

Paulus dalam Efesus 4:19 berbicara tentang orang-orang yang “menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.” Persetujuan kepada dosa seperti ini sangatlah penuh, mutlak dan disengaja. Inilah jenis persetujuan kepada dosa yang diberikan orang tidak percaya.

Dosa dengan keengganan
Ketika orang percaya melakukan dosa, selalu terdapat keengganan tersembunyi. Dalam Galatia 5:17 kita menemukan bahwa bukan hanya kedagingan yang berperang melawan Roh, tetapi Roh di dalam diri kita juga berperang melawan kedagingan. Roh di dalam diri kita berduka karena dosa kita dan tidak dapat bersuka cita karenanya. Ketika Petrus menyangkal Yesus, ia melakukan apa yang tidak dapat dilakukannya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang membenci apa yang ia lakukan.Hikmat orang percaya adalah belajar mendengarkan suara perlawanan dari Roh, sekalipun gemanya di dalam hati nurani sangatlah lemah. Kebodohan orang percaya adalah mengabaikan suara itu berulang kali, hingga ia hampir tuli terhadapnya. Ini sama seperti melumasi dosa.

Bagian III
Kuasa dosa: Apa yang ia kerjakan?

Kedagingan tahu bahwa ia tidak akan berhasil melawan kita dalam satu pukulan. Dosa yang berdiam di dalam diri kita memanfaatkan kemalasan dan kelalaian alamiah kita menyangkut perkara-perkara rohani, menggoda kita untuk mengesampingkan tugas-tugas rohani satu demi satu. Kedagingan tidak akan meniadakan Allah dari pikiran kita dalam serangan pertamanya. Tetapi ia akan menyesatkan kita sehingga semakin kurang memikirkan Allah, meyakinkan kita bahwa kita bisa hidup dengan doa yang sedikit berkurang, sampai akhirnya meyakinkan kita bahwa kita bisa hidup tanpa berbicara dengan Allah sama sekali.

Kedagingan akan membiarkan kita terus melakukan kegiatan jasmani daripada tugas rohani kita sehingga ibadah kita menjadi sesuatu yang berbau busuk bagi Allah (Ibrani 12:28-29). Allah tidak akan menerima penyembahan yang sebatas jasmaniah. Ketika kita berurusan dengan-Nya, Ia menuntut segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Tidak hanya tubuh kita, tetapi juga pemikiran-pemikiran, kerinduan-kerinduan, dan impian-impian kita, diri kita seutuhnya (Yohanes 4:23-24). Mendekati Allah tanpa rasa gentar sama saja artinya dengan mendekati-Nya tanpa memikirkan siapakah diri-Nya: Allah atas alam semesta, yang memegang semua bangsa dalam genggaman-Nya, yang dapat menciptakan dan menghancurkan (Mazmur 50).

Kedagingan ingin mengalihkan pikiran kita dari kesederhanaan Injil, sehingga Yesus bukan lagi segalanya bagi kita. Dosa menggiring kita menuju agama atau politik atau moralitas sebagai pengganti kasih kita kepada-Nya. Dosa menggoda kita untuk menjadikan hidup kita sebagai tujuan utamanya. Ada banyak aktivis yang begitu giat namun tidak pernah mengangkat kepala mereka untuk melihat kepada Kristus. Mereka telah kehilangan kasih mereka yang mula-mula di tengah kesibukan aktivitas mereka.

Dalam kitab Mazmur, Daud mengungkapkan doanya tentang dosa-dosanya itu telah menghancurkan dan membutakannya sehingga ia tidak bisa lagi memandang kepada Allah. Dosa-dosa itu bagaikan borok luka yang tak tertangani dan membinasakan cintanya kepada Tuhan (Mazmur 40:12;38:5). Dosa yang tidak ditinggalkan dan terus dinikmati pada akhirnya akan memadamkan api dari kasih yang mula-mula.

Paulus mengutuk pengetahuan yang tampak makin berkembang tetapi tidak pernah menggerakkan hati. Ketika Paulus mengatakan hal tersebut kepada jemaat Korintus, ia tidak menyarankan agar mereka berhenti mempelajari Firman Allah (1 Korintus 8:1). Seseorang yang memiliki kepala yang besar dan hati yang kecil bisa mempelajari doktrin dosa, tetapi tidak pernah insaf akan dosanya. Orang tersebut dapat mempelajari ajaran tentang anugerah dan pengampunan dan pendamaian yang luar biasa bagi dosa, tetapi tidak pernah merasakan damai sejahtera Allah yang melampaui akal budi. Ketika kedagingan membawa seseorang sampai pada taraf ia dapat duduk mendengarkan ajaran Firman dan bahkan menyukai keindahan intelektualnya, tetapi tidak pernah berubah, ia telah memadamkan api kasih semula yang ada pada orang itu.

Kedagingan mencoba untuk memadamkan api kasih kita secara perlahan dengan membujuk kita untuk hidup sesuai dengan kebijaksanaannya, bukan hikmat Allah. Kebijaksanaan kedagingan adalah kepercayaan kepada diri sendiri atau kepada kedagingan. Allah mengutuk kebijaksanaan seperti ini dalam Yesaya 47:10. Orang percaya tidak mungkin dapat menyanyikan “I love You, Lord” bersama-sama dengan “I did it my way”. Kemandirian adalah lawan dari iman dan kasih. Iman dan kasih saling mempercayai, rasa percaya diri sendiri dari kedagingan memadamkan api kasih yang semula.

Seseorang yang menyatakan diri sebagai seorang Kristen dan berkata bahwa ia mengasihi Allah tetapi tidak ingin bergaul dengan-Nya dan tidak merasa senang dengan ide ini, bukanlah seorang yang sungguh-sungguh mencintai Allah. Jika setiap hari ia tidak menyerahkan hatinya kepada Allah dan juga tidak menerima hati Allah, jika setiap hari ia tidak memperbarui kebenciannya terhadap dosanya sendiri dan kesukaan hatinya akan rahmat Allah, ia tidak mempunyai hubungan dengan Allah. Kedagingan akan menggunakan banyak tipu daya untuk membuat kita menjauhi doa dan meditasi. Kedagingan akan memberi alasan bahwa kita harus lebih mementingkan tubuh sebelum mengurus roh kita, karena jika tubuh kita mati, kita tidak lagi berguna bagi Allah. Hingga kita bekerja keras untuk mendapatkan uang untuk mencukupi keluargamu sampai pada akhirnya kita tidak lagi mempunyai waktu untuk berbicara dengan Allah. Kita memberikan pertunjukan besar tentang kasih dan iman di gereja, menyanyi seperti Pavarotti atau menarik banyak orang datang ke sekolah minggu. Tetapi tanpa persekutuan pribadi antara kita dan Yesus. Persekutuan yang teratur dan mendalam maka agama kita itu sia-sia. Kita telah kehilangan kasih kita yang semula (Wahyu 2:4-5).


Bagian IV
Memaku Tutup Peti Mati Dosa

Ketika Yesaya melihat Allah di takhta-Nya di Bait Suci, sang nabi menjadi tak berdaya (Yesaya 1-6). Ketika Ayub penuh dengan kesombongan, Allah mengasihinya dan menghantamnya dengan kemuliaan-Nya dari dalam badai sampai Ayub hancur (Ayub 42:5-6). Keagungan Allah meng-Xray jiwa dan menunjukkan bahwa jiwa tersebut telah dipenuhi dosa. Jiwa melihat seperti apa adanya Allah itu di dalam kemuliaan-Nya, melihat seperti apa dirinya sendiri di dalam kesakitannya, dan menguburkan wajahnya di dalam debu. Kemudian penyembuhan pun dimulai.

Kita mempunyai sebuah permasalahan yang menolong kita di dalam memikirkan kebesaran Allah: kita tidak dapat melakukannya! Allah terlalu besar. Pikiran kita yang kecil tidak dapat menyelami Allah. Dan ini membantu kita, karena merendahkan diri kita di hadapan-Nya.
Allah sering kali mendeskripsikan diri-Nya dengan memberitahukan pada kita apa yang tidak dapat kita ketahui tentang diri-Nya. Kita tidak dapat melihat-Nya, tidak dapat memahami-Nya. Pada kenyataannya, tidak ada seorang pun yang sama seperti Allah (Keluaran 8:10;15:11;Roma 11:33-36;1 Korintus 2:16; Kolose 1:15; 1 Timotius 1:17;6:16).

Allah dalam kedaulatan-Nya memiliki hak istimewa untuk memberikan anugerah-Nya kepada siapa saja yang Ia inginkan (Roma 9:18). Bahkan terhadap orang-orang yang telah Ia pilih untuk dipanggil, dibenarkan, dan disucikan. Allah tetap sebagai pemegang hak istimewa untuk menyatakan damai sejahtera dalam hati nurani mereka (Yesaya 57:15-19). Ketika Tuhan menciptakan damai sejahtera bagi orang-orang menurut kehendak-Nya, hanya Kristus yang memiliki hak khusus untuk mengumumkan damai itu (Wahyu 3:14).

Satu-satunya obat bagi dosa kita adalah anugerah Allah melalui darah Kristus. Karena itu, ketika kita terluka oleh dosa dan merasa terpisah dari Allah dan umat-Nya, kita mencari-Nya untuk mendapatkan kesembuhan dan kedamaian hati. Membenci dosa tidaklah sama dengan takut terhadap akibat-akibat dari perbuatan dosa. Ketika kita membenci dosa, kita melihatnya dengan cara yang sama seperti ketika Allah melihatnya, betapa najisnya dosa itu. Dan hati kita menangis dengan kebencian terhadap diri kita sendiri. Kemudian Allah menghibur kita dengan anugerah-Nya di dalam Kristus.
Tetapi orang-orang mencoba menyembuhkan diri mereka sendiri tapi hal tersebut tidak memberikan kemanisan dan kepuasan bagi jiwa bahkan tidak dapat mengubah hidup. Lainhalnya ketika Allah menyatakan damai sejahtera, Ia membalikkan umat-Nya dari dosa mereka.

Iman adalah segala bukti yang kita miliki tentang Allah yang tidak terlihat ini (Ibrani 11:1). Ini adalah satu-satunya cara kita dapat datang kepada-Nya (ayat 6). Segala hubungan kita dengan-Nya dalam hidup ini dapat diringkas sebagai berjalan dalam iman (2 Korintus 5:7). Kita hanya mempercayai apa yang dikatakan-Nya tentang diri-Nya. Inilah cara kita mengenal-Nya. Tetapi pengenalan kita akan Allah dalam iman adalah satu-satunya yang kita perlukan untuk membunuh dosa. Kita hanya sedikit mengenal-Nya, tetapi kita mengenal-Nya secara benar, cukup untuk lebih mengasihi-Nya, lebih menikmati-Nya, dan melayani-Nya, lebih menaati-Nya dan mempercayai-Nya.

Hanya darah Yesus yang dapat menyelamatkan kita dari dosa. Di dalam Kristus telah tersimpan kekuatan yang begitu besar untuk melepaskan kita (Filipi 4:13;Yohanes 1:16;Kolose 1:19;Kisah Para Rasul 5:31). Dan jika Ia memberikan pertobatan, Ia kemudian mematikan kedagingan, karena tidak mungkin ada pertobatan tanpa pukulan terhadap kedagingan. Menerapkan iman pada Kristus merupakan cara kita untuk tinggal di dalam-Nya dan menemukan kekuatan-Nya yang membersihkan (Yohanes 15:3; Roma 11:20).

Pada waktu kita bertanya atas dasar apakah kita harus membangun pengharapan kita, ingatlah bahwa kita tidak mempunyai pilihan lain. Kepada siapa kita akan pergi? Hanya Kristus yang memiliki firman kehidupan (Yohanes 6:68). Tanpa-Nya kita tidak dapat melakukan apa-apa (Yohanes 15:5). Satu-satunya kekuatan kita berasal dari Kristus yang berdiam di dalam kita oleh karena iman (Efesus 3:16-17). Kita hanya dapat membunuh kejahatan kedagingan oleh roh (Roma 8:13). Dan siapakah yang mengutus dan memerintahkan Roh kecuali Kristus?
Pandanglah pada kematian Kristus untuk mendapatkan kekuatan. Pandanglah pada kematian-Nya supaya kita menjadi serupa dengan Dia dan mati terhadap dosa.

Ketika kita dengan iman menerapkan semua sarana anugerah yang telah Allah berikan untuk membunuh kedagingan, ingatlah bahwa Rohlah yang bekerja pada setiap bagiannya untuk membawa kemenangan dari Kristus.
Rohlah satu-satunya yang meyakinkan kita tentang bahaya dosa
Rohlah satu-satunya yang membukakan dan mengajarkan kepenuhan Kristus bagi pelepasan kita. Dan hal ini membuat kita tidak kehilangan pengharapan dalam berperang.
Rohlah satu-satunya yang meneguhkan hati kita di dalam pengharapan akan pertolongan dari Kristus.
Rohlah satu-satunya yang menanamkan salib di dalam hati kita dengan kuasa-Nya untuk membunuh dosa.
Roh adalah Pencipta dan Penggenap pengudusan dalam hati kita dengan kuasa-Nya untuk membunuh dosa
Rohlah satu-satunya yang mendukung kita ketika kita berseru kepada Allah dalam duka kita atas dosa.

Ekskursus
Mengasihi Allah dengan segenap akal budimu

Untuk menyenangkan Allah tidaklah cukup hanya dengan mematuhi apa yang difirmankan-Nya. Cara kita melakukan juga harus sesuai dengan peraturan Allah. Tugas utama akal budi adalah memperhatikan peraturan-peraturan dan menerapkan dalam segala hal yang kita lakukan di hadapan Allah (Efesus 5:15). Beberapa tugas akal budi untuk setiap hal yang menyenangkan Allah:
Menaati dengan sepenuhnya
Akal budi harus belajar untuk mengetahui setiap hal yang menyenangkan Allah
Menaati dengan iman
Setiap tugas harus dilaksanakan di dalam iman, di dalam kekuatan dari Kristus (Yohanes 15:5; Efesus 2:10; Roma 1:5; Kolose 3:4). Tidak ada tindakan hidup yang rohani, tidak ada tugas yang diterima oleh Allah yang dapat dilakukan tanpa karya aktual dari Kristus yang merupakan hidup kita (Galatia 2:20)
Menaati dari hati
Tugas yang dipersembahkan bagi Allah sebagai tindakan akal budi dan kehendak tetapi tanpa afeksi adalah hal yang menjijikkan bagi Allah. Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Menaati cara Allah
Akal budi harus memastikan bahwa kita melakukan setiap hal sesuai dengan cara dan sarana yang telah Allah perintahkan.
Menaati Allah untuk tujuan-tujuan Allah
Akal budi harus bertujuan selalu bagi kemuliaan Allah di dalam Kristus (1 Korintus 10:31).

Serangan balasan kedagingan untuk menyabot pemikiran yang kudus:
Janganlah terlalu spesifik
Kedagingan ingin agar akal budi kita merasa puas hanya dengan memikirkan hal-hal yang menyenangkan Allah secara umum saja. Tanpa pernah memikirkan cara-cara khusus untuk memuliakan Allah dalam pernikahan, pekerjaan, atau dalam suatu percakapan.
Puaslah hanya dengan sekadar melaksanakan tugas
Kedagingan membuat kita mempunyai pemikiran bahwa jika kita telah melakukan apa yang dikatakan Allah dan memuaskan-Nya, maka kita dapat melakukan apa saja yang ingin kita lakukan.
Menjadi rutinitas
Kedagingan membuat kita patuh sebatas jasmani, tetapi tidak pernah mempersembahkan satu tindakan ketaatan yang dapat diterima Allah, karena kita hanya melakukannya secara jasmaniah sebagai rutinitas.

Salah satu cara yang telah Allah berikan untuk mengalahkan kuasa dan tipu muslihat hukum dosa yang berdiam dalam diri kita adalah dengan membuat akal budi kita bekerja bukan hanya untuk taat, tetapi juga untuk melawan dosa.

Pikirkanlah kedaulatan Allah
Hanya ada satu Pemberi Hukum, yang kudus dan benar, yang memegang kuasa dan otoritas yang berdaulat. Ia dapat menyelamatkan dan menghancurkan.
Pikirkanlah hukuman atas dosa (Keluaran 34:7; Ibrani 12:29; Roma 1:32)
Pikirkanlah segenap kasih dan kebaikan Allah yang terhadap-Nya setiap dosa dilakukan
Ketika kasih Allah menyentuh jiwa kita dan menggerakkan kita dan kita tahu bahwa setiap dosa adalah melawan Kekasih jiwa kita, maka kita tidak akan berbuat dosa. (Ulangan 32:6; 2 Korintus 7:1; 2 Korintus 6:17-18; 1 Yohanes 3:1-3; 1 Raja 11:9)
Pikirkanlah tentang darah dan perantaraan Kristus (2 Korintus 5:14-15)
Pikirkanlah tentang berdiamnya Roh Kudus di dalam diri kita. Hak paling istimewa di dalam dunia yang boleh kita miliki oleh karena anugerah Allah

Peta dan Teladan Allah

Judul : “Peta dan Teladan Allah”
Tipe : Ringkasan
Pengarang : Pdt. Dr. Stephen Tong
Diringkas oleh : Tina Sujati

Bab 1
ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA
A. CIPTAAN YANG UNIK(CREATIO EX NIHILO)
Kata “menciptakan” yang dipakai dalam Alkitab bahasa ibrani untuk kejadian 1;26-27, memakai kata ciptaan yang sama untuk kejadian 1;1, yaitu kata “bara”. Ada beberapa kata dalam bahasa ibrani untuk kata “cipta” yaitu “bara”, “yatsag”, dan “asyah”. Untuk kejadian 1:1 dan 26,27 menggunakan kata “bara”, yang berarti menciptakan dari sesuatu yang tidak ada. Istilah ini menunjukkan yang dicipta adalah sesuatu makhluk yang baru, yang belum pernah ada. Dalam bahasa latinnya adalah creation ex nihilo berarti dicipta dari ketidakberadaan. Dan sumber satu-satunya untuk itu adalah Allah, Sang pencipta. Creation ex nihilo berarti diciptakan dari tidak ada menjadi ada. Sedangkan kata “asyah” dan “yatsag” berarti membentuk dari matery yang sudah ada. Disini Alkitab menyatakan kepada kita, tindakan Allah menciptakan langit dan bumi merupakan creation ex nihilo. Demikian juga ketika Ia menciptakan manusia, itupun creation ex nihilo.
B. CIPTAAN YANG TERAKHIR
Allah berkata, “mari kita mencipta manusia menurut peta dan teladan kita.” Manusia diciptakan pada urutan yang terakhir dalam proses penciptaan. The final creation of God is the existence of man. Bila dilihat dari urutan, yang terakhir biasanya yang paling kecil dan yang paling tidak penting. Tetapi dalam hal ini terbalik. Manusia sebagai ciptaan dalam urutan terakhir itu paling penting, karena manusia diciptakan dengan tujuan untuk menikmati segala sesuatu yang telah diciptakan sebelumnya. Disini kita melihat urutan itu memberikan interpretasi dalam perjanjian baru dalam kolose 1:4 segala sesuatu dicipta bagi manusia.


Bab 2
PETA DAN TELADAN ALLAH

A. TERMINOLOGI
1. Tselem
Kata “peta/gambar” adalah kata tselem(ibrani), image(inggris). Artinya suatu peta yang memiliki bentuk atau pola tertentu. Istilah tselem mmg lebih mudah dimengerti dengan bentuk-bentuk materi. Itu sebabnya dalam hukum kedua dari sepuluh hukum Allah mengatakan;”jangan membuat bagimu patung yg menyerupai apapun juga,. Pengertian ini yang kemudian menjadi pengertian image(berhala). Penyembahan berhala adalah kesalahan doctrinal, yaitu tidak tahu Allah adalah Roh, sehingga memateralisasikan Allah.
2. Demuth
Artinya “teladan/rupa”, likeness(inggris), scema(yunani). Pengertiannya mirip dengan bentuk, dalam arti, sesuatu yang modelnya harus seperti bentuk yang pertama. Berarti bentuk yang pertama. Berarti kita harus sesuai dengan ukuran standar. Kita harus mencapai suatu patokan, model dan hidup menurut model itu sampai Tuhan mengatakan, “Aku puas engkau adalah manusia benar”. Sesuatu yang menjadi standar itulah demuth.
3. Dan
Dalam Alkitab berbahasa ibrani tidak ada kata penghubung “dan” antara tselem dan demuth. Bahasa aslinya, “mari kita…” , maka istilah “peta/gambar” dan “teladan/rupa” jangan diperruncing perbedaannya. Peta adalah teladan, gambar adalah rupa. Bila tselem dan demuth dipisahkan pengertiannya akan menimbulkan dualisme yang mengakibatkan terisolirnya anugerah dari alam, supraalam dari alam, iman dan rasio. Bila kita mendualismekan rasio dengan iman, kita bisa melihat rasio selalu murni, sedangkan iman berbeda, sehingga keduanya tidak bekerja dengan baik. Banyak orang Kristen yang hidup dengan kepribadian yang terpecah, padahal jika keduanya diharmoniskan , kita bisa berkata seperti Paulus,”aku tahu siapa yang aku percaya”, Berarti antara kepercayaan dan yang dipercaya ada satu keharmonisan.

B. ARTI PETA DAN TELADAN ALLAH
1. Allah adalah sumber
Manusia mempunyai satu induk atau satu asal dari suatu peta dan teladan Allah. Kita dicipta seperti Dia, berarti kalau kita tidak beres karena kita tidak ingat lagi bagaiman seharusnya kita seperti Dia. ( The greatest order, the greatest dignity, and the highest possible of the possession in universe can be described for man.). Manusia tidak hanya berpusat pada diri sendiri, tetapi harus kembali kepada Allah, harus menyelesaikan segala kesulitan disana.
2. Allah adalah tujuan hidup manusia
Manusia seperti Allah mengajarkan kepada kita bahwa hidup manusia seharusnya mempunyai tujuan. Manusia seperti Allah, berarti kita harus memperbaiki hidup kita sehingga seperti Allah pencipta kita. Allah adalah Alfa dan Omega, juga titik awal dan titik akhir kita. Sehingga dari permulaan kita berasal dari Dia dan berlangsung proses hidup untuk menyenangkan hati Tuhan. Kita harus memuliakan Allah, sebagai Pendorong, Penentu, dan Penghakim terhadap tindak tanduk yang kita lakukan. Seharusnya Allah menjadi tujuan, karena kita diciptakan menurut peta dan teladan Allah.
3. Manusia harus meneladani Allah sendiri
Berarti kita seharusnya melihat dengan jelas dan meneladani Allah sendiri.
Yesus yang pernah mengunjungi sejarah menjadi standar hidup kita manusia. Kita meneladani Dia.(matius 11;28-29).
4. Manusia seperti Allah tetapi bukan Allah
Manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah berarti manusia seperti Allah, tetapi manusia bukan Allah. Didalam diri manusia ada peta dan teladan Allah, oleh karena itu harus berjuang seperti Allah, didalam diri manusia diberi potensi, tanggung jawab dan diberi suatu kemungkinan untuk hidup seperti Allah karena manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah.
Sudahkah engkau sadar berapa kewajiban dan bahaya yang mungkin ditimpakan kepadamu jika hidup tidak memuliakan Allah?.

C. BEBERAPA PANDANGAN MENGENAI PETA DAN TELADAN ALLAH
1. Pandangan sebelum Reformasi menurut Aquinas
Peta dalam diri manusia adalah sesuatu yang mengandung rasio dan moral, yang diberikan secara alamiah. Teladan adalah sesuatu yang memerlukan anugerah supra untuk bisa dipertahankan. Ketika Adam diciptakan dan belum jatuh kedalam dosa, manusia mempunyai ketegangan karena rasio tinggi tetapi tubuh rendah. Ia harus bergumul terus, perlu donum superadditum, artinya anugerah supra yang memungkinkannya untuk berbuat baik.
2. Pandangan Reformasi
Pandangan Reformasi dari Luther dan Calvin menyatakan setelah jatuh kedalam dosa, manusia rusak secara total. Dan disini ditegaskan bahwa; didalam alkitab dikatakan Yesus menegakkan kembali nilai manusia. Makna manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah ini:
a. menegakkan kembali nilai manusia
b. menegakkan Sumber manusia
c. menegakkan sasaran manusia
d. menegakkan ikatan iman yang berakibat baik.
Reformasi menemukan kembali nilai manusia dan menunjukkan betapa besarnya kerusakan manusia.
A. Pandangan Lutheran
Lutheran mengatakan peta dan teladan Allah sudah hilang sama sekali.yang ada pada manusia hanyalah dosa.Yang dimaksudkan dengan peta dan teladan Allah didalam diri manusia sama sekali tidak kita ketahui.
B. Pandangan Calvin
Calvin tidak setuju pendapat ini. Calvin mengatakan waktu manusia berdosa tidak kehilangan peta dan teladan Allah, tetapi mengalami kerusakan pada peta dan teladan Allah dan kerusakan itu bersifat total.

Bab 3

POTENSI DAN KRISIS

Pengertian kata “imago Dei”(dicipta seturut peta dan teladan Allah), berarti sesuatu yang dicipta oleh Tuhan seperti Tuhan sendiri. Istilah peta dan teladan Allah secara jelas menunjukkan bahwa manusia diciptakan hanya sedikit lebih rendah dibawah malaikat. Manusia lebih rendah dari malaikat, tetapi manusia mempunyai kuasa atas alam. Disinilah manusia menemukan identitasnya. Manusia dapat melihat lokasi dan posisi manusia dida;am ordo dari seluruh penciptaan. Didalam ordo creation(urutan dari penciptaan), Allah tidak meletakkan manusia dibawah alam, justru sebaliknya Allah meletakkan alam dibawah manusia.
Ada beberapa aspek yang perlu dipelajari berkaitan dengan pengertian manusia diciptakan sebagai peta dan teladan Allah. Namun sebelum itu perlu terlebih dahulu mempelajari akan siapakah Allah dalam kaitan dengan manusia yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah.
C. Allah ; Dasar peta dan teladan manusia
Hanya dari Diri Allah kita mau mengerti manusia, baru mungkin kita mengerti diri kita, yang adalah bagian dari keseluruhan umat manusia itu.
Pengertian terhadap Allah yang sejati adalah dasar untuk mengerti manusia yang sejati. Keegoisan diri manusia yang tidak mau mengerti siapakah Allah, yang hanya mau mengerti manusia saja, hanya akan mengakibatkan dirinya masuk kedalam spekulasi yang antroposentris.
D. Sifat manusia dan krisisnya
1. Sifat rohani
Allah adalah Roh, maka ketika manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah, berarti manusia adalah satu-satunya makhluk yang bersifat rohaniah(man is the only spiritual being). Manusia mempunyai bagian yang tidak kelihatan yang mirip dengan Tuhan Allah. Manusia adalah makhluk rohani, sehingga manusia dapat berkomunikasi dengan makhluk rohani lainnya, manusia dapat berkomunikasi dengan dunia yang tidak kelihatan. Hal ini tidak dimiliki oleh makhluk-mahluk lainnya, seperti binatang, dsb.
2. Sifat moral
Karena Allah adalah suci adanya, maka ketika Ia menciptakan manusia, Ia menciptakannya dengan sifat moralitas. Manusia adalah makhluk bermoral, sehingga tidak mungkin manusia mempunyai sejahtera yang sejati jika ia berbuat segala kejahatan. Ini disebabkan karena Allah menciptakan manusia dengan suatu mandat berkewajiban moral. (God is The Holy God, so you are created with conscious. God is The Holy God, so we are created as moral beings. God is God of Spirit, He is Spirit, so we are created after him, we are all spiritual beings).
3. Sifat Rasional
Allah adalah kebenaran adanya, maka manusia diciptakan dengan sifat rasio.
Ini adalah bagian yang ketiga mengapa kita disebut sebagai peta dan teladan Allah, yaitu karena mempunyai rasio, pemikiran, dan kemungkinan mengerti kebenaran.
4. Sifat kekal
Allah itu kekal adanya, maka manusia juga bersifat kekekalan.
Jika kekekalan tidak dikaitkan dengan moral, maka tidak ada artinya, dan jika moral tidak dikaitkan dengan kekekalan, juga tidak ada artinya. Dan jika kekekalan dan moral tidak dikaitkan dengan unsur rohaniah, juga tidak ada artinya.
5. Sifat penguasaan
Allah itu adalah Tuhan. Waktu Allah, yang adalah Tuhan, menentukan untuk menciptakan manusia menurut peta dan teladan Allah, manusia bersifat ke-tuan-an (The Mastership). Setiap manusia diberi potensi yang berbeda dari segala macam binatang, yang diantaranya: manusia mau menjadi tuan, menjadi pengatur.
6. Sifat kreatif
Allah adalah pencipta, maka Allah menciptakan manusia menurut peta dan teladan Allah, berarti Allah memberikan daya cita kepada manusia. Pada waktu manusia, yang diberi daya cipta oleh Allah, salah menggunakan daya cipta untuk menciptakan hal yang melawan prinsip ciptaan Allah, disitu potensi menjadi krisis yang paling besar. Daya cipta digunakan untuk menyatakan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan daya cipta seperti Allah mencipta.
7. Sifat kesempurnaan
Allah adalah Allah yang sempurna, sehingga Ia menciptakan manusia dengan konsep kesempurnaan. Konsep kesempurnaan mengandung bahagia karena mendorong kita untuk maju, yang memungkinkan kita terus berkembang dan bertumbuh. Itu baik. Tetapi konsep kesempurnaan itu mengandung juga bahaya yang dapat menyebabkan kita putus asa. Itulah sebabnya penting bagaimana mengendalikan ini, yaitu dengan bagaimana saudara kembali kepada Tuhan dan menaruh konsep ini dibawah Dia yang benar-benar sempurna dan supaya Dia menggenapkan kesempurnaan sesuai dengan pimpinanNya sendiri atas diri kita masing-masing.
8. Sifat Relasi
Allah itu kasih adanya, maka manusia dicipta dengan kemungkinan berelasi.
Kalau Allah itu kasih, dan manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah, berarti manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat berkomunikasi, bersekutu di dalam kasih yang sungguh-sungguh. Kita harus berbicara secar jujur baru ada kemungkinan terbentuknya komunikasi yang sesungguhnya.
9. Sifat persekutuan
Allah itu terang adanya, maka manusia dimungkinkan bisa berjalan di dalam suatu persekutuan yang sehat. Kalau Allah adalah terang, kita bisa mempunyai persekutuan yang bertanggung jawab.
10. Sifat Pengharapan
Allah itu hidup adanya, maka manusia diciptakan dengan satu harapan mendapatkan satu hidup yang kekal dari Allah.

PENUTUP
Karena itu, kenalilah diri saudara, tidak terlalu tinggi, dan juga tidak terlalu rendah. Jangan mengangkat diri sebagai Allah, tetapi jangan juga menganggap diri sebagai binatang. Saudara adalah manusia yang diciptakan sedikit lebih rendah dari pada Allah, tetapi diatas segala alam semesta. Saudara diciptakan sedikit lebih rendah dari malaikat, tetapi akhirnya melalui penebusan manusia menjadi lebih tinggi dari malaikat, jika tidak, mana mungkin manusia menghakimi malaikat? Kita dimungkinkan untuk mencapai keadaan sedemikian melalui satu-satunya manusia, satu-satunya wakil, Dia yang sudah berhasil dan menang, yaitu Yesus Kristus..
Jelas pengharapan kita bahwa jika saat ini kita penuh dengan segala kelemahan, pada suatu hari kita akan dipermuliakan, disempurnakan, memperoleh kesempurnaan sesuai dengan kehendak Allah yang kekal, kita akan mendapatkan mahkota yang mulia dan hormat. Kini kita sedang menuju kepada kesempurnaan itu sebagai orang Kristen yang hidup didalam dunia.

Reformasi dan Teologi Reformed

Reading Paper

Judul buku : Seri Teologi Reformed
Reformasi dan Teologi Reformed
Pengarang : Pdt.DR.Stephen Tong
Diringkas oleh : Juliana

Bab I Sejarah Teologi Reformed

Martin Luther adalah anak seorang petani yang sangat miskin. Meski demikian, ia mewarisi pola kehidupan keluarga yang sangat berani. Berbagai peristiwa yang dialaminya seperti kematian orang-orang yang dekat dengannya membuatnya menjadi seseorang yang sangat serius terhadap iman kepercayaan. Martin Luther dipengaruhi oleh teolog besar Medieval, Wiliam of Ockham(1280-1349).
Masa medieval dilatarbelakangi dengan pemikiran Agustinus (354-430) yang berpengaruh besar pada abad 4 dan 5. Kemudian dilanjutkan dengan pemikiran Anselm(1033-1109) yang mempengaruhi sampai abad 11.Setelah itu mulailah perode medieval sampai abad 16, yang ditandai dengan dengan medieval theology, medieval philosophy, dan kebangunan filsafat Aristoteles pada abad 13, yaitu natural theology yang menyatakan bahwa manusia tak memerlukan berkat khusus dan karunia Roh Kudus untuk meyakini dan memikirkan bahwa keberadaan Allah adalah sesuatu yang logis.
Pada abad 15, Renaissance mencapai puncaknya dalam high-renaissance dan pemimpin gereja juga sedang membangun gedung gereja terbesar di dunia yaitu Basilea Santo Petrus di Vatikan, yang dirancang oleh Michelangelo, salah seorang tokoh high-renaissance di Italia, dan ketika sedang dibangun, pihak gereja mengalami kekurangan dana, sehingga gereja mulai menjual surat pengampunan dosa.
Keadaan ini membuat Martin Luther tak dapat menunggu lagi untuk melawan kerusakan gereja yang telah melawan Kitab Suci.Ia tak hanya melihat gejalanya saja tapi akar masalahnya yaitu aspek doktrin, yang menjadi dasar kehidupan bergereja.
Bab II Teologi Reformasi

1. Reformasi menyadari pentingnya anugerah Allah dan tidak bersandarkan jasa manusia.
2. Para reformator menekankan mengenai iman kepercayaan yang berarti penerimaan atas penerimaan. Maksudnya kita menerima sesuatu fakta bahwa Allah telah menerima kita yang tak patut diterima. Iman justru menerima apa yang Yesus kerjakan dan genapi untuk melayakkan kita.Hal ini menjadi dasar pemikiran reformasi.
3. Alkitab diwahyukan oleh Roh Kudus dan Alkitab harus dimengerti melalui iluminasi Roh Kudus agar kita dapat menafsirkannya dengan benar. Kita perlu menjaga keseimbangan pengertian Alkitab yang bersifat menyeluruh dan bersifat otentik yang terdapat pada dirinya sendiri.
Prinsip penting Teologi Reformasi yaitu:
1. Sola Gratia, hanya berdasarkan anugerah saja dan menolak segala jasa manusia.Tak ada kerjasama antara manusia dan Allah.
2. Sola Fide, hanya berdasarkan iman kepercayaan saja manusiaditerima oleh Tuhan dan dapat datang kepada Tuhan.
3. Sola Scriptura, hanya percaya kepada apa yang dikatakan Alkitab yang adalah Firman Tuhan.
4. Sola Christos, hanya bagi Kristus dan Kristus menjadi pusat seluruh Alkitab.
5. Soli Deo Gloria, segala kemuliaan hanya bagi Allah.
Perbedaan pandangan Luther dan Calvin yaitu:
1. Doktrin Allah, Luther memaparkan dua aspek mengenai Allah:
a. Allah yang dinyatakan kepada kita
b. Allah yang disembunyikan
Allah begitu besar dan ajaib sehingga ada bagian yang tersembunyi yang belum pernah diwahyukan kepada kita. Tapi ada kemungkinan seperti Agnostisisme,Allah tak mungkin diketahui.
Calvin menyatakan Allah adalah Allah yang dinamis yang berintervensi dalam sejarah manusia
2. Kristologi, Luther menekankan keseluruhan Oknum Kristus, Calvin dan Zwingli mementingkan perbedaan sifat Ilahi dan manusia Kristus.
3. Dokrin dosa, bagi Zwingli, dosa memerlukan Injil yang merupakan hukum Taurat yang baru. Lutheran mengutubkan dosa dan Injil. Dan bagi Calvin, Taurat diberikan bukan hanya secara negatif, memberikan kesadaran tentang dosa tapi justru menjadi cermin suatu kehidupan yang suci.
4. Dokrin Gereja,Lutheran menekankan gereja sebagai komunitas orang-orang suci, dan Calvin menekankan gereja sebagai komunitas orang-orang yang dipilih. Konsep mengenai kaum pilihan menegaskan mengenai rencana kekal Allah yang dinyatakan dalam proses sejarah, sedangkan konsep orang suci menegaskan suatu pengalaman yang dapat dinikmati.
Bab III Gereja Reformasi
Gereja yang tak kelihatan mencakup semua orang pilihan di sepanjang zaman dan di segala tempat, gereja yang kelihatan adalah gereja yang berada dalam ruang lingkup waktu dan tempat. Gereja yang kelihatan merupakan bagian dari gereja yang tak kelihatan.
Gereja Reformed yang ketat adalah gereja yang sangat ketat menjalankan disiplin yang sesuai dengan ajaran Alkitab. Gereja yang kelihatan selalu mungkin terdapat orang-orang yang tidak sejati Kekristenannya sehingga harus selalu menginstropeksi diri ( continuous instropection) dengan selalu menguji diri berdasarkan Firman Tuhan dan setia pada panggilanNya.
Bab IV Penentang Reformasi dan Tradisi Reformed
1. Gerakan Counter Reformation berasal dari Gereja Roma Katolik yang merupakan reaksi terhadap gerakan Reformasi.
Gerakan Reformasi segera mengalami masa penganiayaan yang muncul dari kesetiaan yang membabi buta. Kesetiaan kepada pusat yang didasarkan kepada anggapan bahwa keselamatan hanya terdapat dalam gereja Roma Katolik, sehingga segala gerakan yang melawan gereja Roma Katolik harus dimusnahkan. Pada waktu itu agama menyatakan kekejamannya yang kadang kala melebihi kekejaman orang yang belum beragama. Pihak kontra reformasi juga berusaha memperbaiki diri namun tak dalam prinsip doktrinal melainkan dalam hal moral.
a. Konta rerformasi yaitu Jesuit, didirikan pada tahun 1534 oleh Ignatius Loyola, enam tahun kemudian diresmikan dan diakui oleh Paus Paul III. Sistem latihannya dimulai pada umur 14 tahun tapi mereka juga menerima dari berbagai jenjang pendidikan dan usia. Setelah umur 16 tahun, mereka mulai dilatih liberal arts, dan umur 21 tahun baru naik ke tingkat yang lebih tinggi yaitu belajar teologi dan filsafat. Sistem pendidikan Jesuit dilakukan dengan ketat, setelah dididik pengetahuan umum barulah dididik dalam teologi selama kira-kira 6 tahun. Kemudian mereka baru diterima menjadi anggota Jesuit.
Langkah yang menjadikan mereka sukses adalah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yaitu menghancurkan reformasi. Namun meskipun Jesuit memiliki kekuatan yang luar biasa, lambat laun mengalami kemunduran karena sikap menghalalkan segala cara. Muncul kasus pembunuhan dan kebohongan dengan dalih demi Paus dan Roma Katolik.Akhirnya Paus menutup sekolah itu.
b. Konsili Trent (1545-1563) diadakan sebagai tanggapan Roma Katolik atas Reformasi yang diadakan selama 18 tahun untuk menentukan masa depan Roma Katolik setelah Reformasi.
* Dalam konsili ini mereka menetapkan untuk menentang gerakan Reformasi dengan menyusun strategi dan perencanaan yang matang.
** Mereka menetapkan kembali doktrin-doktrin yang sesuai dengan kepercayaan mereka semula
*** Mereka menegaskan kembali penerimaan segala tradisi yang telah diterima oleh gereja Roma Katolik dan menerima terjemahan Vulgate sebagai Kitab Suci.
2. Gerakan Radical Reformation berasal dari orang-orang yang menentang Gereja Roma Katolik namun juga tak setuju dengan Reformasi karena merasa bahwa gerakan Reformasi kurang berani dan tuntas dalam melawan Gereja Roma Katolik. Oleh Paul Tillich (1886-1965) disebut sebagai sekterianisme.
Mereka tak setuju karena:
a. Mereka menganggap orang Reformasi kurang tuntas melawan Katolik.
b. Mereka sangat menekankan persekutuan dengan Kristus secara alegoris dan mistik.
c. Ada yang sangat mementingkan apokaluptik yaitu hal-hal yang berkenaan dengan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
d. Mereka tak mementingkan organisasi dan administrasi.
e. Mereka menolak babtisan anak-anak.
Bab V Calvinisme dan Armenianisme
Pada tahun 1603 di Belanda muncul seorang profesor di Leiden bernama Jacobus Arminius. Ia menganggap pandangan Calvin mengenai doktrin pilihan sangat sempit dan salah. Ia berusaha menentang bersama-sama dengan pendeta-pendeta yang setuju denganya. Tindakan ini mengakibatkan suatu gerakan teologi dalam sejarah yang disebut remonstrants, sehingga diadakan pertemuan sinode di Dort yang menegaskan kembali doktrin keselamatan dan doktrin Allah yang dinyatakan sebagai TULIP
1. Total Depravity
2. Unconditional Election
3. Limited Atonement
4. Irresistible Grace
5. Perseverance of the Saints

Total Depravity, manusia telah rusak total namun tak rusak mutlak yaitu masih dapat melakukan kebajikan relatif.
Unconditional Election. Allah yang memilih kita terlebih dulu tanpa syarat yang dimiliki manusia.
Limited Atonement, Kristus datang untuk menebus kaum pilihan.
Irresistible Grace, gerakan Roh Kudus tak dapat ditolak dalam internal calling.
Perseverance of the Saints, setelah kita percaya kita tak langsung diangkat ke dalam surga namun harus memberitakan Injil.
Exkursus : Teologi Reformasi dan Relevansinya Bagi Gereja Masa Kini
PENDAHULUAN
Teologia Reformed merupakan sesuatu gerakan pengertian firman Tuhan yang berdasarkan hati nurani yang murni dan perasaan tanggung jawab yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Para Reformator adalah orang-orang jujur yang mau kembali setia kepada Allah dan mereka juga mau mempengaruhi gereja agar kembali setia kepada Allah. Mereka tidak menegakkan doktrin yang baru, melainkan menjelaskan doktrin yang dari kekal sampai kekal tidak berubah berdasarkan firman Tuhan yang diwahyukan dalam Kitab Suci. kekristenan juga membawa kita sebagai anak-anak Tuhan yang setia menjalankan tugas kehidupan di dalam dunia ini untuk mempunyai perasaan tanggung-jawab kultural dan sosial. Dengan demikian di mana teologi Reformed berada, daerah itu menerima pengaruh kebenaran di dalam semua aspek kebudayaan.
Selain kembali kepada ajaran Kitab Suci dan hidup bertanggung jawab dan memberi pengaruh kebudayaan, Calvin juga mementingkan:
· Kedaulatan Allah di dalam seluruh dunia, khususnya di dalam Tubuh Kristus,
· hanya berdasarkan iman saja manusia dibenarkan.
Itulah sebabnya sejak Reformasi, 470 tahun lebih yang lalu, kita melihat pengaruh Teologi Reformed sangat menonjol, seperti:
1. Di mana pengajaran Reformed disebarkan di sana penghargaan terhadap kehormatan atau martabat manusia tidak terlepas dari gerakannya.
2. Aliran Lutheran dan Calvinis juga berpengaruh di bidang sastra, bahasa maupun musik. Ini merupakan suatu kontribusi yang penting. Boleh dikatakan bahwa pengaruh ini telah meluas dan mencapai segala bidang, seperti yang dikatakan oleh Abraham Kuyper bahwa tidak ada satu inci pun di dalam bidang hidup manusia yang Kristus tidak ada takhtanya.
TEOLOGIA REFORMASI DI TENGAH-TENGAH KONTEKS BERGEREJA DI INDONESIA
Pada dewasa ini sebagian dari pemimpin-pemimpin gereja Reformed sudah terlalu menyimpang dan jauh dari ajaran Reformed yang asli. Misalnya mereka tidak lagi memegang prinsip-prinsip dari jaman Reformasi, termasuk sola scriptura, sola gratia, sola fide dan sebagainya sehingga orang-orang gereja Protestan sudah dipengaruhi oleh teologia kontemporer yang menamakan dirinya tetap bertradisi Reformed tetapi yang sebenarnya sudah banyak menyimpang.
PERKEMBANGAN MANDAT KULTURAL DAN SOSIAL DALAM TRADISI REFORMASI
Teologia Reformed mempunyai satu ciri khas selain memberitakan Injil sebagai mandat utama juga ada mandat kultural yang harus kita kerjakan sehingga ini memungkinkan orang Kristen menjadi terang di dalam segala bidang kehidupan.
MISI DAN PEKABARAN INJIL DALAM TRADISI REFORMASI
Sepanjang sejarah penginjilan terlihat Reformasilah yang mengembalikan Kekristenan kepada Injil yang paling murni dengan pemberitaan, kepercayaan dan dasar teologi yang tidak berkompromi. Dan di mana gereja Protestan berada di sana banyak orang kembali kepada Tuhan sehingga boleh dikatakan bahwa gereja Protestan mempunyai jiwa injili yang luar biasa. Namun fakta juga menunjukkan banyak gereja Reformed sesudah melalui suatu jangka waktu mereka lupa akan anugerah Tuhan atau menginterpretasikannya secara tidak benar. Kita mengambil contoh: karena segala sesuatu berdasarkan anugerah maka kalau berdosapun akan diampuni dan lain sebagainya. Ini mengakibatkan etika dan moral gereja-gereja Protestan itu tidak ditekankan. Dengan perkataan lain kesalah-pengertian ini telah mengakibatkan banyak orang Kristen hidup tak sesuai dengan ajaran kepercayaannya. Hal ini tentu sangat disesalkan dan menyedihkan.
Itulah sebabnya juga setelah 150 tahun dari gerakan Reformasi Martin Luther, gerakan Pietisme berusaha merubah kesulitan-kesulitan yang timbul. Di Indonesia banyak orang Kristen di daerah Protestan yang sangat tidak mementingkan hidup sesuai dengan panggilan sebagai saksi Kristus di dalam dunia ini. Salah satu sebab lainnya adalah karena di dalam gerakan Reformed, Protestan sangat mementingkan penanaman dan penyebaran gereja, maka banyak yang menjadi anggota gereja tanpa mempunyai pengalaman sendiri bergumul untuk bertobat, menerima Kristus secara pribadi dan lain sebagainya. Karena di dalam gereja Protestan umumnya orang mempercayai akan perjanjian keluarga sehingga seisi keluarga menjadi orang Kristen, maka amat mungkin sebagian dari anak- anak yang dibaptiskan itu belum atau tidak mengalami pertobatan pribadi. Dapat dikatakan inilah letak titik kelemahan jiwa atau semangat penginjilan dalam gereja-gereja bertradisi Reformed.
ANTARA PROTESTANTISME DAN KAPITALISME
Menurut Max Webber, kapitalisme semakin menonjol sesudah Protestantisme timbul. Tetapi kita harus mengetahui dan memisahkan hal ini dengan jelas. Sebelum terjadi Reformasi, Kapitalisme sudah ada. Kapitalisme merupakan semacam gejala masyarakat yang konsisten semenjak permulaan sejarah sampai akhir jaman. Tetapi mengapakah kapitalisme dianggap menonjol sesudah Reformasi timbul, khususnya Calvinisme? Ini adalah karena ajaran penatalayanan (stewardship) yaitu manusia adalah juru kunci di hadapan Allah yang harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu termasuk kesehatan, waktu, uang, bakat dan seluruh karunia yang diberikan-Nya. Ajaran ini menyebabkan semua orang Kristen harus baik- baik memakai waktunya untuk bekerja. Uang yang mereka dapatkan tidak boleh dihamburkan untuk berjudi, bermabuk-mabukan, berzinah dan sebagainya sehingga dengan penghematan sedemikian mereka justru menyimpan uang lebih banyak lagi. Uang yang banyak ini ditambah dengan rasa tanggungjawab terhadap Tuhan mengakibatkan mereka tidak secara sembarangan mempergunakannya. Maka mereka menanam modal dan bekerja lagi sampai mendapatkan uang (kapital) yang lebih besar lagi. Jadi kita tidak bisa tidak mengakui bahwa karena konsep bekerja keras, penghematan dan rasa tanggungjawab kepada Tuhan telah mengakibatkan dimana Protestantisme sejati berada di sana pasti ada kekayaan yang lebih besar dibandingkan masyarakat yang bukan Protestan. Tetapi karena sesudah negara-negara kapitalis menjadi kaya, lalu mereka berusaha meminjamkan uang kepada negara-negara miskin, maka secara tidak langsung ini menimbulkan penindasan antara manusia dengan manusia melalui penerimaan suku bunga dan sebagainya. Semuanya ini merupakan suatu hal yang tak bisa dihindarkan. Namun sekalipun demikian, kita harus membedakan antara Kapitalisme dengan prinsip Kekristenan. Banyak negara meskipun mayoritas penduduknya Kristen tetapi tidak menjalankan prinsip Kekristenan karena pemerintahan di sana dipegang oleh orang-orang yang tidak setia kepada Kekristenan yang sejati.
MEMPERTAHANKAN TRADISI REFORMASI DALAM KONTEKS GEREJA KONTEMPORER MASA KINI
Kita harus membagi teologia dan aplikasinya secara jelas. Teologia berarti pengertian manusia secara ilmiah akan Allah, sedangkan aplikasinya yaitu bagaimana menyatakan iman kita dan fungsi iman di dalam hidup sehari-hari. Teologia Reformed mengajarkan tentang Allah Tritunggal, Kristus adalah Mediator satu-satunya, Roh Kudus adalah diri-Nya Allah, dan Alkitab adalah firman Tuhan yang diwahyukan serta gereja adalah orang-orang Kristen yang ditebus oleh Tuhan, juga melalui pertobatan dan diperanakkan pula manusia menjadi anak-anak Allah dan lain sebagainya.
Dalam katekismus Heidelberg dikatakan bahwa gereja yang benar dan sejati harus mengajarkan kebenaran firman Tuhan dengan benar dan ketat, lalu menjalankan sakramen dengan benar serta melaksanakan disiplin gereja dengan benar pula. Selain itu gereja harus memberitakan Injil demi menjamin kelangsungan dan kesehatan pertumbuhan gereja secara konsisten.
Apa yang seharusnya gereja bina pada masa kini?
1. Membenahi doktrin-doktrin kepercayaannya sehingga berakar dengan mengetahui siapa, apa dan mengapa kita percaya.
2. Pengajaran tentang hidup bertanggung jawab kepada Allah menurut etika yang sesuai dengan ajaran Alkitab yakni memancarkan sifat ilahi di bidang moral kepada sesama manusia.
3. Membenahi akan makna hidup dan pelayanan. Sebagaimana kita adalah orang-orang Kristen maka kita harus hidup dan melayani orang lain sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab.
4. Kita harus berusaha membina orang Kristen untuk memuliakan Tuhan di bidang- bidang yang berbeda dalam masyarakat luas.
5. Bagaimana gereja mendorong pelebaran pekabaran Injil di dalam melaksanakan tugas Amanat Agung.

Kesimpulan
Teologia Reformed merupakan sesuatu gerakan pengertian firman Tuhan yang berdasarkan hati nurani yang murni dan perasaan tanggung jawab yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Teologia Reformed mengajarkan tentang Allah Tritunggal, Kristus adalah Mediator satu-satunya, Roh Kudus adalah diri-Nya Allah, dan Alkitab adalah firman Tuhan yang diwahyukan serta gereja adalah orang-orang Kristen yang ditebus oleh Tuhan, juga melalui pertobatan dan diperanakkan pula manusia menjadi anak-anak Allah dan lain sebagainya.
Kita harus meyakini prinsip penting Teologi Reformasi yaitu:
1. Sola Gratia, hanya berdasarkan anugerah saja dan menolak segala jasa manusia.Tak ada kerjasama antara manusia dan Allah.
2. Sola Fide, hanya berdasarkan iman kepercayaan saja manusiaditerima oleh Tuhan dan dapat datang kepada Tuhan.
3. Sola Scriptura, hanya percaya kepada apa yang dikatakan Alkitab yang adalah Firman Tuhan.
4. Sola Christos, hanya bagi Kristus dan Kristus menjadi pusat seluruh Alkitab.
5. Soli Deo Gloria, segala kemuliaan hanya bagi Allah.