Logo

Logo

Friday, September 01, 2006

Transforming Vision

Visi yang membaharui ( Transforming Vision )
Tipe : Ringkasan
Pengarang : Brian J Walsh, J Richard Middleton
Diringkas oleh : Jeffrey Lim


I. Cara pandang ( worldview ) dan kebudayaan

Cara pandang merupakan kerangka perceptual. Ini bukan sistem pemikiran seperti teologi atau filsafat tetapi adalah cara melihat.

Manusia adalah mahluk yang bervisi. Kita adalah mahluk yang menjalani kehidupan kita berdasarkan perpesktif kita, visi kita. Manusia membuat banyak pilihan hidup dan mereka membuat pilihan-pilihan tersebut berdasarkan cara mereka melihat banyak hal.

Pikirkan apa yang Alkitab katakan mengenai “jalan hidup”. Alkitab mengajarkan kita untuk dipimpin oleh Roh dan bukan oleh daging. Paulus memaksudkan bahwa orientasi jalan hidup kita, arah kita, harus memperlihatkan ketaatan kepada Allah bukan ketidaktaatan. Kita harus mengarahkan mata dan visi kita ke satu jalan dan bukan ke jalan yang lain.

Beragam cara pandang : setiap orang punya cara pandang

Sebuah cara pandang tidak pernah sekedar merupakan sebuah visi tentang hidup. Cara pandang adalah juga visi untuk hidup.
Cara pandang kita menentukan nilai-nilai kita dan ia membantu kita menafsirkan dunia di sekitar kita. Cara pandang memilah-milah yang penting dari yang tidak penting, yang bernilai dari yang tidak bernilai.

Cara pandang menyediakan sebuah model tentang dunia yang mengarahkan penganutnya di dalam dunia. Cara pandang menetapkan bagaimana dunia seharusnya berjalan, dan dengan demikian mengarahkan bagaimana penganutnya harus bersikap di dalam dunia.
Cara pandang diperlengkapi dengan sesuatu eskatologi, visi tentang masa depan, yang menuntun dan mengarahkan kehidupan.

Cara pandang tidak pernah dimiliki hanya oleh seorang pribadi, tetapi selalu dimiliki bersama. Ia bersifat komunal. Sesungguhnya komunitas yang sejati hanya mungkin terbentuk jika sekelompok orang dipersatukan oleh sebuah cara hidup yang lazim yang berakar pada visi hidup yang sama.

Arnold De Graff berkomentar :”Aktivitas-aktivitas politik, hukum, ekonomi, pernikahan, keluarga, dan praktik-praktik membesarkan anak semuanya merupakan ekspresi dari sebuah cara hidup yang dipandu oleh sebuah keyakinan ( confession ).
Setiap kebudayaan menyajikan sebuah pola yang utuh dan bermakna yang dipersatukan di dalam visi hidup yang dominan.




Kehidupan kultural tidak hanya berakar pada cara pandang yang dominan tetapi ia mengarahkan kehidupan berdasarkan cara pandang tersebut. ( 2 arah )
Jika visi hidup sebuah kebudayaan menuntun ke dalam praktik praktik tertentu dalam membesarkan anak, mendidik, dan melakukan kegiatan perekonomian, praktik-praktik itu sendiri akan mensosialisasikan anak-anak untuk hidup berdasarkan visi tersebut.

Dunia-dunia yang terpisah
Cara pandang adalah sesuatu yang sangat spiritual. Ia adalah sebuah fenomena religius.
Spirit jaman -> satu spirit atau cara pandang memegang peran utama di dalam sebuah kebudayaan selama satu jangka waktu yang cukup lama.
Struktur bahasa -> struktur bahasa yang biasa digunakan seseorang berpengaruh terhadap caranya memahami lingkungannya.... Bahasa juga dibentuk oleh cara pandang kita.

Cara pandang -> alam semesta tempat orang hidup. ( James Sire ). Cara pandang orang menyerupai dunia atau alam semesta yang berbeda, dan unsur-unsur pembentuknya menyerupai sebuah peta dari dunia tersebut.


Dasar dari sebuah cara pandang

Cara pandang didasarkan pada komitmen-komitmen iman yang tertinggi.
Komitmen iman yang tertinggi menentukan bentuk dari cara pandang kita.
Iman membentuk visi kita tentang cara hidup.
Komitmen iman adalah cara kita menjawab 4 pertanyaan dasar yang dihadapi setiap orang :
Siapakah saya ( who am i ) ? Atau apakah sifat, tugas dan tujuan setiap orang
Di manakah saya ( where am i ) ? Atau apakah sifat ( natur ) dari dunia dan alam semesta tempat saya hidup
Apakah yang salah ( what wrong ) ? Atau apakah masalah atau rintangan dasar yang menghalangi saya dari memperoleh capaian ( fulfillmet )? Dengan kata lain bagaimana saya mengerti kejahatan ?
Apakah obatnya ( what remedy ) ? Atau bagaimana cara mengatasi rintangan tersebut ? Dengan kata lain bagaimanakah saya menentukan keselamatan ?

Ketika kita telah menetapkan iman kita, kita mulai melihat realitas dalam pola tertentu yang tercernakan. Dari iman kita mengalir sebuah cara pandang yang tanpanya kehidupan manusia tidak dapat berjalan.

Jawaban-jawaban iman jarang sekali dipegang secara sadar. Pertanyaan dan jawaban2 ini tidak bersifat teoritis.
Dengan kata lain, kita mendasarkan semua pemikiran teoritis kita di atas jawaban pra teoritis kita atas keempat pertanyaan dasar di atas.

Cara pandang Amerika Utara :
Aku adalah aku, seorang pribadi, tuan yang bebas dan indenpenden atas nasibku sendiri. Aku berada di dalam dunia yang penuh dengan potensi alam, dan tugasku adlaah memanfaatkan potensi tersebut untuk membawa manfaat ekonomi. Walaupun dalam menjalankan tugas ini aku terhalang oleh kelalaian atau ketidaktahuanku tentang alam dan kurangnya perangkat untuk mengendalikan alam, harapanku terletak pada kelangsungan kemajuan, yang berarti alam memberikan kekayaannya untuk kepentingan manusia. Hanya dengan demikianlah semua manusia akan menemukan kebahagian dalam sebuah kehidupan yang berlimpah kekayaan, tanpa kekurangan dan kebergantungan.

Cara pandang Dene :
Aku seorang Dene, berkulit merah. Aku ditempatkan disini, aku anak tanah ini. Tanah ini adalah ibuku; ia memberiku hidup. Tanah adalah pemberian yang aku hormat, yang aku pergunakan dengan rasa syukur dan yang dengannya aku hidup dalam keharmonisan. Akan tetapi, kemudian datang orang kulit putih. Mereka merampas tanahku, mencerai-beraikan kaumku, dan memisahkan kami dari “Roh yang Agung”. Keselamatan kami sebagai satu umat terletak pada penolakan atas cara-cara orang kulit putih dan pemberlakuan kembali tradisi-tradisi nenek moyang kami. Hanya dengan demikian, tanah akan terlindungi dan terpelihara bagi anak dan cucu kami.


Mengevaluasi cara pandang

Realitas. Apakah cara pandang yang kita teliti memenuhi apa yang memang selayaknya dipenuhi oleh sebuah cara pandang ?
Sebagai sebuah visi hidup, apakah cara pandang itu memperjelas kehidupan ?
Dapatkah ia membentangkan semua aspek kehidupan kepada penganutnya ?
Apakah cara pandang itu benar-benar memiliki cakupan yang menyeluruh ( worldview ) ?
Atau apakah ia cenderung membentangkan hanya aspek-aspek tertentu dari kehidupan dan mengabaikan aspek-aspek yang lain ? Apakah ia terlalu menekankan atau mengidolakan satu hal dengan mengorbankan hal yang lain ?

Faktanya adalah bahwa ciptaan Allah saling berkaitan utuh.
Harus integral dan tidak condong pada memberhalakan sesuatu.
Apakah cara pandang kita konsisten dengan realitas ?
Apakah perpektif kita membuat kita peka atau tidak peka terhadap hal-hal kasih dan keadilan ? Apakah ia justru dalam kenyataannya membenarkan segala macam kejahatan ?

Koherensi internal
Cara pandang tidak hanya harus membukakan ciptaan bagi kita tetapi cara pandang juga harus koheren secara internal.
Cara pandang bukan seperangkat keyakinan yang dengan begitu saja dikelompokkan bersama-sama, ia juga harus merupakan sebuah visi hidup yang koheren. Isunya tidak sekedar berkenaan dengan masalah koherensi logis tetapi kesatuan komitmen. Apakah visi hidup ini menyatu, atau sebuah rumah yang terpecah-belah ?

Keterbukaan
Alkitab menyarankan sebuah pertanyaan peringkas yang dengannya kita dapat mengevaluasi sebuah cara pandang ( Ul 30:15-20 ) : Apakah cara pandang tersebut membawa kehidupan atau kematian, berkat atau kutuk ? Dengan kata lain, apakah ia membuka atau menutup kehidupan ?

Cara pandang harus terbuka untuk belajar visi hidup yang lain.
Visi hidup selalu terbatas. Ia harus selalu terbuka untuk dikoreksi dan disempurnakan, bahkan dari cara pandang yang lain sekalipun.

Cara pandang Kristen

Bagi orang Kristen, kriteria tertinggi untuk menilai cara pandang adalah Alkitab. Alkitab adalah wahyu Allah tentang realitas. Jika kita mencari cara pandang yang menuntun kehidupan, bukan kematian, kita harus datang pada Alkitab untuk memperoleh pengajran.

II. Cara pandang Alkitab

A. Berdasarkan ciptaan

Cara pandang Alkitab tidak dimulai dari Kristus dan keselamatan tetapi dari penciptaan. ( Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi , Aku percaya kepada Allah, Bapa yang maha kuasa, khalik langit dan bumi ).
Penciptaan merupakan fondasi dasar Alkitab.
Dalam bahasa cara pandang, tidak dapat menjawab pertanyaan : “apa yang salah ?” dan “apa obatnya?” tanpa terlebih dahulu membahas pertanyaan :”siapa kita?” dan “dimana kita?”

Allah menciptakan dengan Firman dan dengan Hikmat.

Dengan Firman. ( Maz 33:6-9 , Maz 148:5-6 )
Gambaran tetang Allah yang memerintah dan ciptaan yang memberikan respons menjadi paradigma atau model bagi bagian selanjutnya dari pasal tersebut ( Kej 1:2-3 ).
Akibat dari perbuatan ini menyadarkan kita akan kekuatan dan kedaulatan sang pencipta. OtoritasNya begitu berkuasa dan berdaulat sehingga Ia hanya perlu berkata-kata dan ciptaan menaati. Dengan perintahNya yang berdaulat, Ia memberikan tatanan dan struktur kepada dunia.Ciptaan dinyatakan baik -> karena semua adalah ekspresi dari kehendakNya. Penciptaan menggariskan sebuah pola, yakni ketaaan kepada perintah Allah. Ini yang Allah nilai baik.

Dengan Hikmat ( Amsal 8:22-31, Ayub 28:25-27, Amsal 3:19-20 , Maz 104:24 )
Hikmat adalah cara bijaksana yang sesungguhnya Allah lakukan dalam merancang dan membangun dunia.
Dalam pikiran orang Yahudi kuno, kata-kata seperti hikmat, pengertian, dan pengetahuan mempunyai kemiripan makna. Mereka mengacu pada realitas dasar yang sama, yakni cara Allah yang bijaksana dalam merancang dan membangun ciptaan.

Dengan Firman dan Hikmat ( Yer 10:12-13)

Layak Disembah
Penciptaan tidak pernah dibicarakan secara abstrak atau spekulatif di dalam Alkitab, sebaliknya pusat perhatian tertuju kepada Allah sebagai sang pencipta yang bijaksana dan mahakuasa. Mahluk ciptaan sepenuhnya bergantung kepada Tuhan, karena Firman Allah yang memelihara dan melindungi ( Maz 119:89-91 ).

Perjanjian dengan ciptaan
Ciptaan pada dasarnya terbentuk sebagai sebuah respon atas hukum-hukum Allah. Kita ada karena hukum Allah.
Hubungan Allah dengan ciptaan. Perjanjian Allah dengan ciptaan ( Yer 33:20-21, 25-26 )
Hubungan Allah dengan siang dan malam, langit dan bumi adalah sebuah perjanjian, sama halnya – tidak lebih dan tidak kurang – dengan hubunganNya dengan umat. Perjanjian ini secara tegas dihubungkan dengan peraturan-peraturan baku yang telah ditetapkan dan ditegakkan oleh Allah atas ciptaan. Ciptaan adalah respons yang berdasarkan perjanjian ( covenantal ) kepada firman Allah. Seluruh alam semesta berhubungan erat dengan dan terikat kepada Yahweh, dan Ia memperhatikan duniaNya dengan penuh kasih.
Perjanjian Allah dengan ciptaan sepadan dengan tema Alkitab mengenai kerajaan Allah.
Allah adalah raja yang besar atas segala ciptaan. Dia adalah Raja-Pencipta. Dan pemerintahanNya tidak terpisahkan dari perlindungan dan pemeliharaanNya atas dunia. ( Maz 96:9-10 )

Gambaran yang utuh : Penciptaan dengan Firman dan hikmat Allah, dunia sebagai kerajaan Allah, Semua ciptaan termasuk manusia terikat berdasarkan perjanjian kepada Allah dan pada dasarnya terbentuk sebagai sebuah respons atas hukum-hukumNya, keberadaan seluruh alam semesta bergantung kepada Yahweh.
Dalam Model realitas berupa hubungan erat antara Allah dan dunia ditemukan jawaban Alkitab atas pertanyaan cara pandang “Dimana saya ?”Jawaban kita menyediakan fondasi yang diatasnya bangunan dari cara pandang Alkitab yang lengkap di dirikan. Semua kategori dan tema utama Alkitab dimengerti berdasarkan fondasi ini. Sifat dosa dan penebusan umpamanya selalu dipandang di dalam konteks perjanjian Allah dan kerajaan Allah. Fondasi ini juga penting untuk mengerti siapa kita manusia ?

Gambar dan rupa Allah.
Siapakah kita menurut Alkitab ? Mahkluk ciptaan Allah yang hidup di dalam kerajaanNya yang bergantung kepada pemerintahanNya yang bijaksana dan penuh kasih.
Apa arti gambar dan rupa Allah ?
Kapasitas rasional, sifat moral, spiritualitas, kemanuasiaan. ( pendekatan luas / struktural / atau statis ) -> hakikat kemanusiaan
Tingkatan moralitas seseorang atau tingkat kesesuaian dengan karakter Allah yang sempurna ( makna sempit / pendekatan relasional dan dinamis ) -> sesuatu yang normatif, standard yang dengannya kita harus sesuai.

Gambar dan rupa Allah berhibingan dengan gagasan Alkitab yang sangat penting : kekuasaan atau pemerintahan kita atas bumi dan pilihan religius untuk melayani Allah atau ilah-ilah. -> perpadanan dengan makan luasa dan sempit dari gambar dan rupa Allah

Memerintah atas Bumi

Tuhan memberikan manusia otoritas sebagai raja dan wilayah untuk ditaklukan dan diperintah.
Manusia dicitpakan dalam gambar Allah yang berdaulat. Maz 8, kita telah dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan serta dijadikan penguasa atas ciptaan Allah.

Tugas Adam adalah : mengolah dan menjaga taman.
Tugas ganda manusia adalah : untuk mengembangkan dan melindungi lingkungan yang telah diciptakan Allah.

Mengusahakan / mengolah taman ( membudidayakan )
Membudidayakan dan kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil dari pembudidayaan. Kebudayaan maupun membudidayakan pada dasarnya mengacu kepada interaksi kita sebagai manusia dengan dunia. Interaksi manusia dengan dunia menghasilkan kebudayaan.
Sejarah dan kebudayaan nyaris tidak terpisahkan. Kebudayaan mengacu kepada apa yang manusia telah kembangkan. Kebudayaan pada dasarnya bersifat historis.
Interaksi dengan realitas atau pembentukan manusia kita, pada hakikatnya adalah sebuah fenomena kelompok atau sosial. Karakter sosial dari interaksi ini dinyatakan melalui Kej 1:27.
Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk beranak-cucu dan penuhi bumi untuk menaklukan ciptaan. Kebudayaan didasarkan kukuh atas masyarakat. Manusia adalah mahluk sosiokultural yang dipanggil Allah untuk bekerja sama mengembangkan dan membudidayakan ciptaan.

Di samping taman, manusia mengembangkan berbagai hubungan, perilaku atau kebiasaan dan bentuk ibadah.
Kebudayaan tidak hanya merujuk kepada pengejaran intelektual dan estetis ( seperti di dalam high culture ). Kebudayaan mencakup seluruh sisi masyarakat manusiawi. Ia mencakup bukan hanya kesenian, musik dan dunia keilmuwan melainkan juga hal-hal seperti politik, agama, gereja, pendidikan, teknologi, media, pernikahan, kehidupan keluarga, periklanan, dan hiburan. Menjadi mahluk berbudaya sara sederhana adalah menjadi manusia.
Perintah pertama untuk menaklukan bumi disebut mandat budaya ( mandat penciptaan ). Gambar Allah, yang berpusat kepada gagasan untuk menaklukan bumi, menetapkan manusia sebagai mahluk kultural-historis.

Visi hidup Alkitab : keseluruhan ( wholeness ).
Where am I ? Ciptaan Allah
Who am I ? Gambar dan rupa Allah

Kebudayaan Adam dalam Kej 2 : berkebun, bertani, hubungan perkawinan, asal mula bahasa ( pemberian nama kepada binatang-binatang ) dan bahkan pusi yang pertama ( dua bait pujian Adam kepada Hawa ). Kej 4:20-22 -> Yabal dan Yubal.
Umat manusia jelas sekali dikenali dalam pasal-pasal permulaan kitab kejadian sebagai mahluk berkebudayaan dan sekarang perkembangan historis mereka dicatat dengan jelas.

Implikasi : penciptaan memiliki eskatologi yang melekat pada dirinya ( built in ). Cara pandang Alkitab tidak hanya holistik tapi dinamis. Di dalam 2 pasal terakhir di dalam Alkitab di dalam langit dan bumi baru ada perbedaan dengan Kej 2.
Di Kej -> taman ( primitif )
Di Wah -> Kota yang sempurna
Perkembangan eskatologis dari taman ( Eden ) ke kota ( yang sempurna ) ini telah direncanakan oleh Allah.
Mandat budaya merupakan bagian dari rencana Allah yang mula-mula bagi dunia. Keselamatan tidak meniadakan mandat budaya tetapi menggenapinya.

Melindungi bumi

Memelihara dan melindung bumi.
Berbeda dengan visi sekular untuk penaklukan dan mengekploitasi alam.
Di dalam Alkitab, dunia bukan manusia ( non human ) tidak dipandang sebgaia suatu di luar sana. Kita berada dalam sebuah hubungan perjanjian dengan dunia, sebuah hubungan pengelolaan ( husbandry )
Menolak panteisme tapi mengenali unsur yang sangat penting dalam mandat Alkitab : pemeliharaan yang penuh kasih dan perlindungan.

Menjadi manusia mempunyai dua makna dasar :
Mahluk ciptaan Allah dan hidup sebagai respon atas sabda Allah yang mengasihi
Bukan autonomos
Kita adalah pelayan-pelayan Allah, yang hidup dibawah pemerintahannya.
Kedua manusia adalah mahluk yang unik. Kita adalah mahluk yang kultural historis, berkebudayaan dan bersejarah. Allah telah menempatkan kita dalam seuah kedudukan yang berotoritas atas bumi untuk mengolah dan mengembangkannya.
Disini terletak jawaban mengenai : siapa kita ?

Jawaban ini diilustrasikan dengan baik dalam perumpamaan Yesus tentang talenta ( Mat 25:14-30 ). Analisa keuangan di sini sangat berarti. Akar kata “ekonomi” adalah kata Yunani oikonomos -> kata dalam PB untuk seorang penjaga rumah atau pelayan yakni seseorang yang dipercaya untuk mengawasi dan mengelola hak milik tuannya.
Berbeda dengan pandangan modern tentang ekonomi -> memandang setiap orang sebagai pelaku ( agen ) yang berdiri sendiri, yang tidak tunduk pada kendali-kendali ekternal dalam mengeksploitasi dunia.
Jadi gagasan Alkitab tentang kebertanggung jawaban menyeimbangkan otoritas dan kepelayanan. Hal ini tepat menyentuh kemanusiaan kita.

B. Mengakui kejatuhan

Apa yang salah ? Ketidaktaatan manusia kepada Allah

Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang religius. Kita tidak dapat hidup tanpa allah, meskipun itu allah buatan kita sendiri. Kita membutuhkan sebuah pusat, sebuah fokus, sebuah titik orientasi bagi kehidupan kita.
Kita punya dua pilihan : Melayani Tuhan dan menaati kehendakNya atau menyembah berhala dalam ketidaktaatan.

Berhala-berhala : Merebut tempat Allah
Hanya ada dua kategori dasar : sang pencipta dan yang dicipta.
Jika kita tidak menyembah atau beribadah kepada Allah, kita akan memfokuskan diri pada sesuatu di dalam ciptaan dan mengangkat ciptaan tersebut ke status keilahian. Kita akan menyembah allah palsu. Sifat kita yang secara hakiki religius tidak akan pernah mengizinkan kita untuk tidak menyembah.

Berhala : merebut tempat kita
Penyembahan berhala adalah kesalahan karena perbuatan ini menjalankan tugas mandat Tuhan dengan cara yang salah. Sebaliknya dari menerima dan memenuhi tanggung jawab kita sebagai ciptaan untuk mewakili Tuhan dalam seluruh aspek aktivitas kultural kita, kita melemparkan tanggung jawab ini kepada berhala-berhala.
Jadi penyembahan berhala adalah alternatif yang tidak sah dari tugas manusia yang sejati ( authentic ) untuk mencitrakan Allah.
Penyembahan berhala tidak hanya melibatkan ibadah palsu, tetapi juga sebagai pencitraan palsu ( false imaging ).
Penyembahan berhala merebut bukan hanya tempat Allah yang selayaknya, melainkan juga tempat kita. Penyembahan berhala bertentangan baik dengan ke Raja-an Allah yang sah sebagai Tuhan dari alam semesta maupun dengan panggilan kita yang mendasar sebagai manusia untuk mewakili Dia dalam ketaatan kultural sehari-hari yaitu mencitrakan Dia di dalam kehidupan kita.

Pilihan : ibadah sejati kepada Allah vs perhambaan kepada berhala-berhala
Mencitrakan Allah dalam pemerintahan kita yang penuh kasih atas bumi vs kehilangan tugas tersebut dalam ketidaktaatan.

Pilihlah pada hari ini
Jalan ketaatan adalah jalan shalom, yang menuntun ke dalam kehidupan dan berkat dari tangan Allah. Sebaliknya, jalan ketidaktaatan adalah jalan menuju kematian dan kutukan penghakiman.
2 Jalan kehidupan : Jalan hikmat dan jalan kebodohan.

Pemisahan antara sakral dan sekular ?
Kita dipanggil untuk melayani Tuhan dan mengakui ke Raja-anNya dalam seluruh aspek aktivitas kultural kita. Tidak ada pemisahan antara sakral dan sekular disini.
Dalam cara pandang Alkitab, seluruh kehidupan, dalam seluruh dimensinya, dilihat sebagai sesuatu yang sepenuhnya bersifat religius.
Semua kehidupan kultural kita tunduk kepada norma-norma Yahweh, dan kita dipanggil untuk menanggapiNya dalam ketaatan.

Kerajaan-kerajaan yang bertentangan
Dosa memasuk dunia dan setan berusaha mengambil alih ciptaan dengan menghasut penghuninya untuk memberontak dan berkhianat terhadap penguasa yang benar. Ia memimpin pemberontakan melawan Raja yang benar dan mendirikan kerajaan kegelapan ( Kol 1:13 ).
Setan membawa manusia ke dalam ketidaktaatan perjanjian. Ia menggoda manusia untuk menolak pemerintahan Yahweh dan menerbiktkan “proklamasi kemerdekaan” mereka dari sang Pencipta. Akibatnya Fatal :
Maut hadir, hidup tidak lagi utuh, tetapi terpecah-pecah. Kerusakan pribadi, antar pribadi dan sosial merajalela karena kehidupan dipisahkan atau diputuskan dari sumbernya.
Juga Dosa telah memperbudak bumi. Karena Allah telah memberi kita otoritas yang unik atas ciptaan. Ketidaktaatan membawa kita membawa kutukan atas seluruh ciptaan. Sejak saat itu, tugas kultural, kehidupan manusia dalam segala aspeknya adalah sebuah pergumulan.
Malahan kita mulai memandang bumi sebagai musuh. Bukannya melindungi dan mengembangkan ciptaan, kita menghancurkan dan mengeksploitasinya.
Seluruh mahluk merindukan saat dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan ( Rom 8:19-23 ).

Dua kerajaan sedang berperang. Sebuah peperangan rohani sedang berlangsung, sebuah pertentangn antar kerajaan yang menembusi semua aspek kegiatan manusia.
Seperti halnya kedua jalan perjanjian di atas bersinggungan dengan seluruh perbuatan kita, kedua kerajaan ini juga demikian.
Sekarang seluruh kehidupan kita telah jatuh berdosa. Tidak ada satupun dari ciptaan yang tidak tersentuh dosa ( 1 Yoh 5:19 ). Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.

Walaupun Allah masih memanggil kita untuk melaksanakan tugas budaya kita dengan setia, si perebut itu menantang kita untuk menyatakan janji setia kepada kerajaan pengkhianatnya dan dengan demikian menyangkal panggilan kita yang sejati.
“Tidak ada dasar yang netral di alam semesta : Setiap inci persegi setiap saat, dituntut Allah dan dituntut balik oleh setan”

C. Dibaharui oleh Penebusan

Visi Alkitab menawakan pengharapan. Ia tidak hanya memberitahu kita bagaimana Allah telah menjawab pertanyaan cara pandang yang keempat, “Apa obatnya ?”

Sejarah penebusan

Alkitab berjanji bahwa satu hari klaim Setan yang tidak sah akan berakhir dan kerajaannya akan dihancurkan.
Kej 3:15
- Keturunan perempuan, Mesias telah datang untuk menghancurkan kerajaan kegelapan untuk selama-lamanya.

Cara pandang Alkitab harus berpusat pada inkarnasi Kristus –kehidupan, kematian dan kebangkitanNya.
Sejarah penebusan ( dalam Alkitab ) berjalan melalui serangkain perjanjian bersejarah yang Allah adakan dengan manusia. Dengan demikian, cara Allah berhubungan dengan manusia di dalam keselamatan dibangun di atas dasar hubunganNya yang mula-mula dan fundamental dengan ciptaan itu sendiri. Penebusan, seperti penciptaan, pada hakikatnya berkaitan dengan perjanjian. Klimaks dari sejarah penebusan adalah perjanjian baru yang dimulai dengan Yesus dan dimateraikan dengan darahnya.

Perjanjian dengan Nuh
Setelah air bah, Allah mengadakan perjanjianNya dengan Nuh dan seluruh keturunannya dan dengan setiap mahluk hidup. Ia berjanji tidak pernah lagi membawa penghakiman seperti itu atas bumi, sejahat apapun jadinya umat manusia.
Perjanjian ini adalah perjanjian penebusan dari Allah. Disini Allah bekerja, bukan menciptakan dunia atau menopang keberadaannya, melainkan mengerjakan rencana keselamatanNya, rencanaNya untuk menebus dunia milikNya yang telah jatuh ke dalam dosa. Dan Ia mulai dengan menyusutkan populasi bumi menjadi satu keluarga besar, walaupun cakupan dari perjanjian tersebut tetap bersifat universal.

Perjanjian dengan Abraham.
Dari semua mahluk yang ada di dunia, Allah sekarang berhubungan secara khusus dengan satu keluarga, yang segera akan menjadi satu bangsa. Allah berjanji untuk membuat sebuah bangsa yang besar dari keturunan Abraham dan untuk memberi mereka tanah Kanaan sebagai warisan. Tujuannya adalah supaya semua kaum di muka bumi akan mendapatkan berkat ( Kej 12:3 ).

Di dalam Alkitab, umat ( kaum ) dan tanah mempunyai hubungan yang erat. “Siapa kita” ( pemilik gambar Allah yang menghasilkan kebudayaan ) tidak terpisahkan dari “dimana kita” ( di dalam ciptaan Allah yang baik yang harus diolah dan dipelihara ). Maksud awal Allah pada waktu penciptaan adalah untuk menjadikan sebuah kaum yang taat dan suci yang mencerminkan citraNya dan hidup dalam hubungan perjanjian denganNya di tanah yang pada waktu itu bersih. Akan tetapi, dosa kemudian muncul, mempengaruhi baik manusia maupun bumi. Maka, Allah kemudian berencana untuk menjadikan sebuah kaum suci yang baru ( tubuh Kristus yang telah ditebus ), yang akan hidup di hadapanNya dalam hubungan perjanjian di tanah yang telah dibaharui.
Akan tetapi untuk menggenapi hal ini, Mesias yang akan menghancurkan sumber dosa harus datang dan dengan demikina membebaskan ciptaan dari belenggu si jahat. Untuk melaksanakan hal ini, Allah untuk sementara memfokuskan perjanjianNya.
Pertama, Ia menciptakan kaum suci yang sementara ( provisional ), yakni Israel, yang hidup di tanah yang telah disucikan yang jua sementara yaitu Kanaan. Ditengah-tengah bangsa ini, di tanah ini, sang Mesias dilahirkan dan bertumbuh. Walaupun Allah memang membawa sebagian dari penebusan melalui perjanjianNya dengan Abraham dan keturunannya, tujuan utamaNya adalah untuk mempersiapkan konteks bagi kedatangan Mesias, yakni Dia yang akan memulai perjanjian baru dan dengan demikian menggenapkan penebusan yang lengkap dan menyeluruh atas ciptaan.

Manifes Nazaret
Istilah yang pada dasarnya sepadan dengan Perjanjian Baru adalah Kerajaan Allah yang ada selalu pada bibir Yesus.
Gagasan mengenai kerajaan Mesias merupakan gagasan sentral dalam Injil sinoptik. Dalam pengajaran Yesus, Injil pertobatan dan iman secara integral terangkai dengan kedatangan kerajaan Allah.
Luk 4:18-22.
Yesus mengatakan bahwa bukti keMesiasanNya dapat ditemukan dalam perbuatan fisik ( jasmani ) yang Ia lakukan.

Kerajaan dan perjanjian.
Apa kaitan antara kabar baik dengan kerajaan atau pemerintahan Allah ?
Kerajaan Allah bersifat perjanjian ( covenantal ).
Allah mengikatkan ciptaan kepada diriNya sendiri melalui FirmanNya yang berdaulat.
Ciptaan sebagai kerajaan perjanjian Allah menganggapi firmanNya dalam ketataan dan ketidaktaatan. Arti penting dari peristiwa kejatuhan adalah bahwa manusia telah memberikan janji setianya kepada raja yang lain yang mengakibatkan ketidaktaatan perjanjian pada hukum-hukum Allah. Dalam semuanya ini ciptaan Allah telah dicemari oleh dosa.
Dalam konteks ini Yesus hadir sebagai Mesias dan Juruselamat. Ia datang untuk memulihkan ketaatan ciptaan kepada Allah.
Pemulihan ini mencakup yang pertama dan terutama, pengampunan dosa, namun ia juga mencakup pemulihan total kehidupan manusia melalui karya Kristus. Dengan terlibat dalam pelayanan pemulihan ini, Yesus tatkala di bumi, mendemonstrasikan kabar baik yang Ia beritakan – bahwa pemerintahan Allah yang menebus atas ciptaan telah dimulai. Kerajaan Allah telah tiba.
Sifat berdaya pulih ( restorative ) dan cakupan alam semesta ( cosmic ) dari keselamatan merupakan gagasan yang berkesinambungan dalam keseluruhan cara pandang Perjanjian Baru. ( Rm 8:19-23, 2 Pet3:10-13, Wah 21:1, Kol 1:20, Ef 1:10 )
Semua nats menekankan 2 tema :
Segala sesuatu di surga dan di bumi akan ditebus. Penebusan betul-betul mencakup seluruh alam semesta. Ini sesuai dengan sifat holistik dari kehidupan kita yang berdasarkan perjanjian.
Keselamatan adalah perbuatan mengerjakan kembali sesuatu.
Rom 8 => perbuatan membeli kembali
Kol 1 => Pendamaian atau rekonsiliasi
2 Pet & Wah -> Penciptaan kembali, pemulihan kebaikan ciptaan yang mula-mula telah hilang karena dosa.

Si pemberontak diikat
Kaitan kedatangan kerajaan Allah dengan kemenangan kematian-kebangkitan Kristus.
“Mengikat orang kuat” ( Mrk 3:7 ).
Yesus mengatakan bahwa kedatanganNya ke bumi mempunyai tujuan yang khusus yaitu menyerang dan menaklukan Setan, si orang kuat, dan untuk mengikat dia. Inilah yang Kristus capai melalui kematian dan kebangkitanNya. Setelah menaklukan dan mengikat si orang kuat itu, Dia sekarang siap untuk mengklaim kembali harta milikNya yang telah diambil oleh pangeran palsu itu dari Allah.

Yesus tidak berupaya untuk menegakkan kerajaan Allah secara total dan dengan segera ketika Dia ada di bumi. Ia datang untuk memulai kerajaan Allah. Dengan Firman dan karyaNya Ia mengumumkan kedatangan kerajaan ini. MujizatNya menunjukkan pada fakta bahwa Allah telah mulai menghapus kerajaan setan.
Kerajaan Allah digambarkan seumpama ragi yang diadukkan ke dalam adonan tepung terigu, yang kemudian menembusi seluruh adonan tersebut ( Mat 13:33, Luk 13:20-21 ). Tetapi Yesus bukan postmillenialist. Kerajan tersebut bukan berarti berangsur-angsur membesar sampai memenuhi segala sesuatu.
Pertumbuhan kerajaan Allah merupakan sebuah pergumulan dan peperangan. Akan tetapi, perumpamaan ini menguatkan kita. Seperti halnya ragi dosa telah habis-habisan merasuki seluruh ciptaan, ragi kerajaan Allah juga sekarang menjangkau sejauh kutukan ditemukan. Dan pada hari-hari yang terakhir, kerajaan tersebut akan datang dengan sepenuhnya melalui campur tangan yang menggemparkan dari Allah sendiri.

Kerajaan Allah datang dalam 2 tahap :
Kedatangan Kristus pertama -> Permulaan
Kedatangan Kristus kedua -> penggenapan

Pembaharuan Gambar Allah

Pemulihan gambar Allah di dalam gereja, tubuh Kristus.
Perjanjian Baru menunjuk kepada Nua sebagai gambar Allah par exellence ( Kol 1:15, Ibr 1:3, 2 Kor 4:4-6 ).
Kristus adalah gambar Allah yang sempurna, manusia ideal yang secara utuh dan lengkap mewakili Allah dan membawa kehadiran Allah dalam seluruh segi kehidupanNya sebagai manusia dimuka bumi. ( Yoh 14:9 ).
Kristus sebagai adam kedua ( Rm 5:12019 )
1 Kor 15:49 -> Orang Kristen memakai rupa Adam dan gagal mencitrakan Allah tetapi suatu hari kita akan memakai rupa Kristus yakni kembali mencitrakan sang pencipta kita.

Alkitab berjanji bahwa pada hari terakhir ketika Kristus datang untuk menggenapkan kerajaanNya “kita akan menjadi sama seperti Dia” ( 1 Yoh 3:2 ).
Allah menentukan gereja untuk serupa dengan Kristus ( Rom 8:29, Ibr 2:10-11 )

Pemulihan ini adalah juga realitas dari pengudusan ( sanctification ) yakni pertumbuhan kita menuju kedewaasan di dalam Kristus.
Kristus sebagai kepala gereja adalah standard dan ukuran kita ( Ef 4:13 ), maka tugas pencitraan kita untuk mencerminkan pemerintahan Allah dalam kehidupan kita berpadanan dengan pertumbuhan kita untuk menjadi serupa dengan Kristus ( Ef 4:13 ).
Seperti halnya Kristus sepenuhnya mewakili Allah dalam seluruh kehidupanNya di bumi, kita sebagai gereja dan tubuh Kristus harus mewujudkan secara nyata kehidupan dan kehadiran Kristus, Tuhan kita, disini dan sekarang.

Roh yang membaharui

Kedatangan Roh Kudus menandai sebuah tahap baru yang signifikan dalam sejarah penebusan yang menandakan jaman perjanjian baru sudah tiba. Di dalam PL, Roh Allah hanya sekali-kali disebut dan hanya dalam kaitan dengan sejumlah pemimpin pilihan di Israel. Di dalam PL, tempat kediaman Allah dalam konteks penebusan dibatasi di kemah suci dan kemudian di Bait Allah. Di dalam perjanjian baru, umat Allahlah – tubuh Kristus dan juga tubuh setiap orang Kristen – yang disebut sebagai bait Roh Kudus. Kita adalah rumah rohani tempat Allah tinggal.
Karena kehadiran Allah yang kekal dan membaharui mengiringi kita, kita dapat mengetahui dengan pasti bahwa kita akan berbagian dalam kerajaan yang akan datang ini, dalam penebusan atas seluruh alam semesta yang akan Ia lakukan.
Melalui Roh kita mencicipi berkat dari kerajaan yang akan datang tersebut – pembaharuan kita ke dalam gambar Allah.
Di dalam PB, ketika Roh belum diberikan secara universal, Allah memberikan hukum-hukum perjanjian yang terperinci kepada umatNya sebagai pembimbing. Di dalam PB., Allah memberikan Roh Kudus untuk mengembalikan kita pada kesesuaian dengan standard2 penciptaan Alllah. Hukum Allah ditulis di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang diam disana dan kita dipercayakan dengan tanggung jawab untuk menafsirkan dan menerapkan hukum ini dalam kehidupan kita.
Orang Kristen mengalami perubahan dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

Mencitrakan Allah – Bersama-sama

Sebuah ajaran PB adalah bahwa kekristenan tidak bersifat perorangan. Ketika kita dibaharui di dalam gambar Kristus, tidak hanya kepada pribadi-pribadi tetapi selalu kepada komunitas orang percaya ( Ef 4:7-16, 22-24, 5:1-2, Kol 3:5-17 ).
Tugas kita untuk memahami hukum-hukum Allah dan mencitrakan Dia melalui gaya hidup kita yang taat adalah sebuah tugas komunal.
Kita tidak dapat mencitrakan Allah seorang diri karena citra ini mengacu kepada pemerintahan kultural kita atas ciptaan dan pemmbentukan kebudayaan oleh manusia merupakan sebuah tugas komunal.
Tugas komunal gereja bukan sekedar pengembangan kultural tetapi juga sebagai pelayanan-pelayan pendamaian. Tugas penebusan kita adalah tubuh Kristus dipanggil untuk bekerja bersama-sama dalam dunia yang berdosa, untuk berupaya membawa pengampunan, penyembuhan, dan pembaharuan dari pemerintahan Allah atas setiap bidang kehidupan. Pribadi-pribadi perlu bertobat dan pola-pola kultural perlu diarahkan kembali.

Untuk menjawab bagaimana melaksanakan pencitraan Kristus dalam kebudayaan maka harus mengerti perbedaan struktur kebudayaan dalam berbagai wujudnya dan arah spiritual yang menentukan kerajaan mana yang dilayani oleh struktur kebudayaan tersebut.

Struktur dan Arah.

Ada struktur yang ditetapkan oleh Allah melalui penciptaan. Dengan demikian, berbagai aspek kehidupan kita – fisik , emosional, biologis, politis, estetis, dan ibadah berfungsi berdampingan satu dengan yang lain di dalam struktur yang telah ditetapkan Allah.
Unsur-unsur kehidupan ada untuk sebuah tujuan. Pada mulanya, kebaikan mengalir searah melalui strukturNya dalam respons yang sempurna terhadap perjanjian penciptaanNya. Kehidupan berjalan sesuai dengan kehendak Allah – dan semuanya itu sungguh amat baik.
Tetapi muncul dosa. Dosa meruapkan kejahatan yang mengalir ke arah yang berlawanan. Dosa tidak mengubah struktur kehidupan di dalam dunia, Ciptaan Allah yang mula-mula tetap ada karena Ia menopangnya. Yang berubah adalah arahnya.

Jadi karya Allah dalam keselamatan adalah mengarahkan kembali arah kehidupan kita. Penebusan pada dasarnya adalah penciptaan kembali diri kita. Arus kehidupan mengalir menurut arahnya mula-mula sehingga kita dapat menjadi apa yang sesungguhnya telah ditetapkan kita.

Arti dalam kehidupan praktis : Orang Kristen harus berupaya untuk memahami berbagai fenomena kultural dan membawa mereka ke bawah keTuhanan Kristus.

No comments: